Di sebuah rumah susun sederhana yang terletak 36 km dari pantai, seseorang tengah sibuk dengan beberapa pakaian yang baru saja ia bawa dari sebuah pedesaan tanpa internet di Nevada. Ia membongkar satu koper yang berisikan pakaiannya dan beberapa boks kardus berisikan buku dan sedikit perlengkapan rumah.
Qwenly menghembuskan nafasnya lega, keringatnya bercucuran, kaos yang ia kenakan terasa begitu lengket. "Akhirnya selesai..." ia mengusap cincin yang ia ikatkan di kalungnya.
Qwenly berjalan menuju ruang belakang rumahnya, tempat di mana ia menjemur pakaiannya nanti. Ia melihat daerah sekitar tempat tinggalnya. Bibirnya mengatup lalu ia mengangguk lega.
Qwenly kembali masuk kedalam rumah kecil bergaya studio yang telah ia sewa selama satu tahun penuh. Rumah kecil ini tak memiliki sekat atau tembok pembatas. Kamar mandilah yang menjadi satu-satunya ruangan bertembok. Kamar mandi yang cukup sempit itu memiliki kaca buram di bagian atas hingga bawahnya.
.
Hari kedua menyambut kedatangan Qwenly di tanah kelahirannya. Ia berjalan menyelusuri daerah sekitar, berusaha menemukan pekerjaan ringan tanpa membutuhkan ijazah maupun data pribadi selain nama dan umur. Cukup lama ia memutari daerah itu, hingga akhirnya ia menemukan sebuah tempat yang mungkin akan sangat cocok dengannya. Ia masuk kedalam toko kecil menemui seorang wanita paruh baya yang terlihat begitu kalem.
Qwenly membuka pintu kaca toko bergaya vintage itu. "Ibu.... selamat Pagi!"
Wanita itu langsung menyadari kehadiran Qwenly. "Silahkan Nona!"
Qwenly tersenyum, "Ibu... apakah ibu membutuhkan karyawan?"
Wanita itu terkejut. Ia tertawa kecil, "Maaf nona, tapi kau bisa lihat sendiri kan, toko ini kecil dan tak begitu memiliki banyak pelanggan." Ia kembali tersenyum sopan, berusaha menolak Qwenly sesopan mungkin, "Saat ini aku cukup hanya dengan diriku sendiri."
"Ibu percaya padaku, di kota ini terdapat puluhan kantor yang sangat membutuhkan banyak sekali rangkaian bunga dalam skala besar. Kalau ibu membiarkanku bekerja di sini, aku akan membantu toko ibu untuk mendapatkan kostumer dari sana!"
Wanita paruh baya tersebut terdiam dan menatap Qwenly dari atas sampai bawah. Tak ada tatapan kepercayaan sedikitpun di dalam bola matanya. "Sekali lagi, maafkan aku nona. Aku tak bisa membantumu."
"Bagaimana kalau seperti ini. Ibu tak perlu membayarku sepeserpun, tapi ibu harus memberiku keuntungan 40% dari laba penjualan bila aku berhasil mendapatkan kostumer untuk ibu, bagaimana?"
Wanita itu menatap Qwenly sesaat dengan tatapan serius. Ia menghembuskan nafasnya pasrah dengan senyuman diatasnya. "Siapa namamu, Nona cantik?"
Qwenly tersenyum, "Panggil saja aku Vivin, ibu!"
***
[Setahun berlalu]
Qwenly berjalan pelan menuju ruang belakang. Tangannya bergetar hebat. Jantungnya berdetak tak karuan. Perlahan titikan air mata terjatuh dengan cepat. Sebelum seseorang melihatnya, ia langsung menutup dirinya dalam sebuah ruang kecil tempatnya ganti baju.
Vero sudah memiliki anak?
Hatinya hancur berkeping-keping. Qwenly menunduk, kepalanya tiba-tiba terasa panas. Air mata tak berhenti keluar dari matanya. "Aku harus segera pergi dari tempat ini!"
Hari telah menyingsing, malam telah hadir di peraduannya. Qwenly dan empat karyawati lain beserta satu karyawan keluar dari toko bersamaan. Satu hari yang terlewati dengan lambat dan berat. Kejadian Vero hari ini benar-benar membuatnya kesusahan untuk bernafas sepanjang hari.
![](https://img.wattpad.com/cover/83291919-288-k446722.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DELETED SCENES
Storie d'amoreAku wanita tak menarik bertubuh gendut, tapi ketika aku terbangun dari tidur panjangku... aku terkejut bukan main. Aku berubah menjadi cantik nan langsing, bahkan kakak angkat laki-laki yang selalu membencikupun, tiba-tiba mengatakan, "Qwenly, seben...