Aku terdiam saat mimpi tadi datang menghantuiku. Selalu saja begitu, seolah-olah hanya itu yang dapat kutemui setiap malamnya.
Ed tidak menatapku sedikit pun dari jendela besarnya. Pandangannya lurus ke depan. Lelaki itu sedikit menengadah menatap langit, menampilkan bintang-bintang yang mulai memudar.
"Apa yang kaulakukan di depan kaca besar itu?" kataku memulainya. Ed selalu memasang raut wajah dingin jika aku bertanya.
"Menunggu fajar datang," sahutnya singkat tanpa menoleh ke arahku.
Aku hanya tersenyum mendengar suaranya. Mengingat Shasha yang sering tertawa karena memikirkan Darnell. Bahkan, mengingat itu--aku tidak mengetahui keberadaan Shasha dan regunya.
Omong-omong, ia terlihat lebih kuat kemarin. Saat berada di Hexha, Shasha mulai berpikir lebih jauh mengenai perjuangannya selama ini. Keadaan kami harus diperjuangkan, mengingat bagaimana Mom dan Dad berteriak putus asa di ujung jembatan, ia menjadi lebih berani karena Mom. Be brave. Kira-kira itu yang Mom katakan. Hanya terdiri dari dua kata.
Jadilah berani. Emosinya bergejolak saat Mom tiada. Hatinya hancur. Shasha akan selalu ada bersamaku, seperti janji yang kubuat bersama Dad beberapa tahun lalu. Menjaga anak itu dari apa pun yang menghampirinya.
Gadis kecilku memiliki rasa sakit yang lebih besar. Ia memotong rambutnya, karena menurutnya akan memperpendek masalah yang ada di dalam otaknya.
"Masih ada bintang di luar sana?" ucapku lagi, sedikit berdeham. Bahkan, aku terdiam selama lima menit dan melupakan Ed di sana.
"Kemarilah," sahutnya.
Aku berdiri, menghampiri Ed yang masih berdiri tegap. Ia tersenyum sekarang, masih fokus ke arah depan diiringi tarikan napas yang tenang.
"Sebentar lagi mereka hilang. Datang pada malam hari, bercahaya terang, lalu hilang seketika di pagi hari," ucap Ed sambil menyentuh kaca di depannya.
"Seperti Mom, aku hanya menemuinya di malam hari."
Sekarang, lelaki itu menoleh, bibirnya membuka. "Setidaknya itu membuatmu lebih baik."
Aku tidak yakin bahwa lelaki itu mengerti apa-apa mengenai masa laluku dan, aku tidak mungkin bercerita terhadapnya.
Mendengar perkataannya, aku terpaku. Dengan penuh pendirian, tentu saja aku menghindari mimpi itu. Menghindari apa pun yang berhubungan dengan kejadian silam.
Seolah lelaki itu tahu apa yang Mom katakan, dan susunan katanya kembali terdengar di telingakum
"Be brave." Ed berkata pelan dalam jarak yang dekat.
Aku menoleh perlahan ke arahnya. Menatapnya perlahan. Ada rasa terkejut saat bibirnya membentuk sebuah susunan kata itu.
"Terima kasih," ucapku. Sekarang, aku jadi membayangkan bahwa Ed bisa membaca pikiranku, dan itu adalah bodoh.
Ed terdiam, menunggu galaksi bima sakti yang akan terbenam perlahan. Bahkan, kami berdiri bersisian tanpa ada sebuah pembicaraan lagi.
***
Haley sudah mengucir rambutnya, ia bangun satu jam kemudian saat obrolan singkatku bersama Ed.
"Bagaimana malam pertamamu di sini?" tanya Haley kepadaku sambil membenarkan rambutnya.
"Aku tidak bisa berkata bahwa ini menarik. Namun, tidak buruk juga." Aku melihat Haley dan perubahan dalam ekspresinya. Gadis itu tidak terlalu menyukai hal yang rumit.
"Tentu saja. Aku tidak bisa menyimpulkan bagaimana perasaanmu yang acak-acakan." Haley tertawa sinis, kemudian melanjutkan, "Ke mana laki-laki tampan yang kusebut sebagai ketua regu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Xaviers (Tamat - Proses Revisi)
Science FictionPemenang Wattys 2017 dalam kategori Storysmiths. Rank # 5 on Sci-fi 26-01-'18 Ada sesuatu yang membuat gadis itu merasa mendapatkan jati dirinya. Berusaha bertahan hidup walaupun satu hari, demi hidup aman di suatu masa. Dalam perjalanan panjang m...