3.0 Holy (Shit) Groot

1.9K 230 60
                                    

Update, dibaca yaa~

Jan lupa vote, komen❤

Kasih pendapat tentang chap ini><

Terima kasih banyaak, my best friend :v #iyagitu?

Udah buatin vector Ed. Kereen! Follow ig-nya : @ikmalarf

Vectornya keren2, kalian juga kalau mau dibuatin, mungkin(?) hahaha #beliatuuh :v
Dijamin gabakalan (ketje)wah #bahasaapaini?

Vectornya keren2, kalian juga kalau mau dibuatin, mungkin(?) hahaha #beliatuuh :vDijamin gabakalan (ketje)wah #bahasaapaini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ed memastikan bahwa malam ini benar-benar aman.Chicago telah melakukan pembersihan penduduk kota untuk kedua kalinya, mengingat para tentara hanya membunuh orang-orang blok yang berada di pusat kota kemarin.

Hari ini terulang kembali, bedanya, mantan Hexha pun menjadi incaran. Benar-benar sinting, begitu pikirku.

Malam baru saja datang, setelah beberapa jam yang lalu saat aku menemukan Shasha. Mereka menuju rumahku. Salah satu tetangga di depan ruanganku membuka pintunya, sesaat kemudian memelukku.

"Untunglah kau selamat, Gadis," katanya.

Wanita itu mengatakan sesuatu yang sebenarnya sudah kualami, bahkan aku lebih mengetahuinya. "Terima kasih, Bennet," balasku.

Mereka masuk ke dalam rumah. Ini hanya apartemen bertingkat dua. Lantai selanjutnya sudah hancur dan tak layak untuk ditinggali.

"Jadi..." Alec memulai. "Tadi itu tidak sopan. Bagaimana mungkin? Tanpa pemberitahuan."

Shaw dan Ed duduk di sofa, berhadapan dengan Alec. Darnell berada di kamarnya bersama Shasha. Kali ini, gadis itu yang merawatnya.

"Dia butuh obat," kataku sambil menatap Alec. "Lukanya lumayan parah."

Beberapa saat setelah aku mengatakannya, Alec melihat lengannya yang terluka tadi. Shaw berdiri dari duduknya, membawa Alec ke kamar mandi.

"Obat dan alat-alatnya ada di sana!" seruku, lalu duduk di sofa.
Ed tersenyum di hadapanku. Aku masih terdiam, sesekali membenarkan rambutku.

"Ini sulit, Alessa. Aku mengakuinya." Ed berbicara, kedua alisnya terangkat. Baru kali ini aku melihat lelaki itu mengeluh.

"Tidak apa-apa," kataku parau, lalu melihat mukanya. "Aku sudah terbiasa hidup dalam keadaan seperti ini."

"Siapa yang kaupunya?" tiba-tiba, Ed mengatakan hal itu. Sorot matanya lebih tenang. Goresan senyum tetap saja terlihat walau wajahnya tidak sedang seperti itu.

"Apa?" kataku. "Mmm, Shasha, Alec, Haley, dan kau? Mungkin?"

Malam ini aku tertawa. Ed tersenyum lagi, senyumannya bagai seringaian. Aku mengerti, walaupun yang ditanyakan Ed bukan hal itu.

Xaviers (Tamat - Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang