Mereka masih terdiam di salah satu terminal bandara yang sangat sepi dan gelap--hanya beberapa lampu yang menyala.
Ed, Shaw dan Haley sudah pergi untuk menemui salah satu pilot yang akan mengantar mereka ke Pegunungan Rocky secara paksa. Rencana kedua adalah mencuri kartu khusus yang dimiliki para pilot untuk mengambil alih Zwave.
"Aku tak yakin, Chicago akan menyusul kami sampai ke sini." Aku yang memulai pembicaraan sambil menatap kaca. Di baliknya terdapat beberapa Zwave.
"Aku tak mau membahas suara yang keluar dari gelangmu itu." Alec mendelik kesal memunggungiku, duduk di salah satu kursi panjang yang ada. Yang berdiri adalah aku dan Darnell di depan kaca, membelakangi mereka.
"Aku tahu apa tugasmu," kata Darnell tanpa menatapku. "Aku tidak takut."
"Ada yang salah dengan dirimu."
"Sikapku berbeda?" tanyanya, sedikit senyuman mulai terlihat di bibirnya. "Jangan heran."
"Lagi pula, aku tidak keheranan dengan sikapmu. Semuanya sama, mereka di belakang berada dalam bahaya," sahutku sambil terus terpaku menatap gugusan bintang.
Lelaki itu terdiam sesaat, bibir keringnya membuka. Membicarakan sesuatu yang pasti tepat dengan dugaanku.
"Dia hanya mengingatkanku pada seseorang saat bersekolah dulu. Tapi kukira Shasha selalu mendengarkan apa pun yang aku katakan bersama senyumannya. Menghadapiku yang tak pernah berhenti berbicara." Aku tak tahu apa sebabnya laki-laki itu begitu keberatan saat berpisah dengan adikku. Padahal, mereka hanya bertemu kira-kira lima belas menit setiap hari, pada waktu-waktu pemeriksaan wajib di kota.
"Kau berbicara terlalu banyak, kan? Lima belas menit yang sempurna," kataku.
Lelaki itu tertawa sedikit, dan aku masih benar-benar berharap agar Ed datang secepat mungkin. Kurasa desakkan dari Haley akan membuat salah satu dari pilot itu menuruti perkataannya. Dan yang kuharapkan adalah, para pilot itu sudah tertidur sehingga mereka bisa mengambil kartunya dengan mudah.
Jika mereka melapor, konsekuensinya adalah menghadapi Chicago yang lebih gila lagi. Springfield tak sepenuhnya mati, namun pemerintahan ada di tangan Chicago. Hanya saja, mereka tak menjalankan Pertemuan Khusus. Sebagian penduduknya hilang entah ke mana.
Harapan ini mengingatkanku pada posisi yang sama, saat diriku menunggu kedatangan Dad yang sedang menyelamatkan Shasha yang hilang di tengah kericuhan kota dulu, saat aku masih berada di London. Aku yakin, mereka berhasil.
Jantungku berpacu, memikirkan bahwa kedekatanku dengan Ed adalah hal yang tak terduga. Kukira ia sedingin es dan sekuat batu. Reguku yang dulu pun sama dinginnya, tak pernah berbicara sehingga keberadaanku di Hexha terasa membosankan.
Namun, diam-diam aku selalu mengikutinya, memulai membicarakan sesuatu dengannya. Ia tak sedingin itu, bahkan apa yang kami bicarakan selalu terasa berbeda.
"Aku akan mengatakan sesuatu," sambung Darnell. Tanpa mengiyakannya, ia sudah berkata lagi. "Sebenarnya, kami tidak bertemu saat jam-jam pemeriksaan. Aku suka menghampirinya jika bertemu, atau kami membuat janji pada waktu-waktu kosong."
"Aku tahu." Aku tersenyum.
"Terkadang, aku membocorkan rahasia tentang Chicago, apa pun itu. Tetapi, saat ia membicarakan rahasia kepadaku, aku tak pernah membocorkannya."
Aku berpikir sebentar, mengingat perkataan gadis itu saat menjaga Darnell di rumahku.
"Shasha sudah mengatakannya saat kau tertidur.""Hei, hei! Mereka datang!" seru Drew, berdiri dari kursinya. Kami pun menoleh, menghampiri mereka. Dua orang pilot berjalan terbata-bata. Haley menodongkan Sharp di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Xaviers (Tamat - Proses Revisi)
Science FictionPemenang Wattys 2017 dalam kategori Storysmiths. Rank # 5 on Sci-fi 26-01-'18 Ada sesuatu yang membuat gadis itu merasa mendapatkan jati dirinya. Berusaha bertahan hidup walaupun satu hari, demi hidup aman di suatu masa. Dalam perjalanan panjang m...