ED👆 :V
Update juga~
Masih ada yang menunggu? #ups
Kuperlihatkan Ed di sini. Udah mengubah Alessa untuk ketiga kalinya, setelah Dad, Ed dan Ed xD. #lupakan
Chapter ini kyk the purge gitu deh(?) hahaha #ketawa sendiri
Makasih pembaca yang buat aku semangat nulis. Makasih silent readers, aku ingin melihatmu muncul di sini. (ಡωಡ)
Jujur, aku suka silent readers, ingin membuatnya muncul #aaaa><
Itu lebih baik daripada boomvotes!!
Makasih yang udah mau baca sampe sejauh ini. Kalian yang terbaik!! Percayalah.
Terakhir, berikan komentarnya! 🙌
Kepanjangan ya? :v
***
Dua tentara di depan rumah Jordan sudah tak bernyawa. Aku menoleh, melihat mantan Hexha tadi. Perjuangannya benar-benar membuat hatiku sakit.
"Ke mana kita harus mencari Shasha?" kataku sambil mencengkeram erat Sharp.
Tak ada yang merespon. Alec terlihat lebih semangat memegang senapannya walaupun kesehatan dirinya sedikit terganggu. "Jangan pikirkan apa-apa. Semua itu hanya akan terus membuatmu hancur!" teriaknya.
Terlihat bodoh, dan antusias dilihat dalam keadaan seperti ini. Shaw tak bisa tersenyum, ia seperti sedang berpikir untuk menemukan Shasha.
Aku tak menginginkan korban berjatuhan lagi--termasuk tentara Chicago yang akan kami bunuh. Itu hanya akan membuat Jenderal Doug mengincar kami--atau lebih buruk lagi--membunuh kami.
Antara keselamatan Shasha, atau nyawaku. Aku berharap Shaw dan Alec bisa melewati serangan Chicago tanpa membunuh tentaranya. Bukan pilihan terburuk, mau tak mau semuanya akan terjadi, namun tanpa korban yang berjatuhan.
Kita masih berada di sisi pusat kota. Hari ini, saat asap menyebar, saat jalanan lebar terlihat mencekam, mengingatkanku kepada Mom dan Dad. Saat sebelum meninggalkan London, Dad berkata, "Terus berjuang sampai semuanya berakhir."
Tetapi, mereka berakhir mengenaskan, dan aku tak mau membiarkan Shasha mengalami hal yang sama.
"Kita akan ke blok 7. Shasha tidak akan pergi jauh." Shaw membalikkan arah, melewatiku. Ia berjalan lagi, membelokkan arah ke kiri dari rumah Jordan. "Satu-satunya jalan adalah perbatasan. Tadi, para tentara di blok 7 masih berada di sana."
Alec mengelak, mengerutkan keningnya. "Lakukan saja, cepat!"
Shaw tak merespon, seolah mengerti apa yang dikatakan Alec. Jalanan ke arah blok 7 lebih lebar. Butuh satu belokan lagi untuk sampai di gerbang utama. Dari arah rumah Jordan, kami berlari mengikuti jalanan yang lurus.
Di ujung jalanan, terdapat pertigaan. Kami akan berbelok ke kanan dan melihat tentara-tentara pembunuh. Jika tak ada siapa pun di sana, aku akan bersyukur dan berusaha mencari Shasha dengan penuh keyakinan.
Kaca-kaca retak. Belingnya berceceran di tengah jalanan. Alec terlihat tak mempersalahkannya, bahkan ia nyaris menginjaknya. "Awas, kakimu." Aku menyeretnya ke sisiku.Ia mengabaikannya. Sementara, tak ada seorang pun di ujung jalanan. Kami lebih leluasa berlari, demi mencari Shasha. Mungkin Ed sedang mencarinya juga. Menurutku ada sesuatu yang membuatnya harus melindungi kami. Tak mungkin pria itu menolongnya tanpa sebab. Ia memiliki rencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Xaviers (Tamat - Proses Revisi)
Ciencia FicciónPemenang Wattys 2017 dalam kategori Storysmiths. Rank # 5 on Sci-fi 26-01-'18 Ada sesuatu yang membuat gadis itu merasa mendapatkan jati dirinya. Berusaha bertahan hidup walaupun satu hari, demi hidup aman di suatu masa. Dalam perjalanan panjang m...