Tidak ada yang seperti ini sebelum semuanya berubah menjadi remang-remang. Seluruh tenda dan pondok-pondok kayu tertutup rapat. Aku tidak merasakan keberadaan mereka--terkecuali beberapa kelebat angin kencang yang mempermainkan tubuhku.
Saat kecepatan Eleanor tak melambat sedikit pun, tak ada lagi yang berkata-kata. Dan, karena mataku terlalu fokus terhadap ruang kesehatan yang secara tidak langsung memberikan sejuta kengeriannya, pikiranku meliuk.
Belasan penjaga melingkupi area bangunan itu; yang membuatku berpikir akan keadaan Alec dan beberapa orang lainnya. Napas yang ia tarik megap-megap, atau erangan putus asa dari pria itu terus mempermainkan perasaanku. Sampai akhirnya ruangan kesehatan semakin mengecil dari pandanganku, kemudian tak terlihat saat kami membelokkan arah ke kiri.
Kali ini hanya sebatas kumpulan bangunan kayu sepenuhnya, nyaris dibangun di permukaan tebing. Kurasakan Haley mengembuskan napas panjang dari mulutnya. Ia mulai jengah akan hal ini, kemudian melipat tangan refleks.
Entah mengapa, aku tidak ingin berbicara sedikit pun. Bulu kuduk di leherku mulai berdiri saat Eleanor--yang berada di barisan terdepan--menghentikan langkah di depan sebuah bangunan kayu yang paling menonjol di antara yang lain.
Ia mendongakkan kepalanya tanpa basa-basi dan membuka pintu. Seseorang muncul dari baliknya. Semakin maju, jantungku mencelus, terlebih saat Mr. O'Reilly tampak dari balik pintu. Tidak ada respons sedikit pun. Namun, ada satu yang kulihat; kesedihan yang tak pernah kubayangkan di dalam dirinya.
Ada tiga orang asing yang terduduk di kursi kayu. Dan, aku mulai mengira bahwa ini adalah semacam aula kecil. Dari kumpulan pria di sana, aku menemukan Ed. Mulai detik ini, Shelter Dome akan bertindak.
Haley lebih dulu duduk di kursi, melipat kakinya seraya berkata, "Apalagi, Tuan?"
Melihat reaksi Haley atas keadaan ini, aku menghampirinya. Mulai menghadapi tatapan kosong Mr. O'Reilly. Seakan pria itu mengatakan sesuatu di dalam hatinya, sementara aku duduk di sisi Haley, disusul Eleanor dan dua temanku.
"Ada gagasan baru, Tuan?" tanya Shaw melayang begitu saja. "Mari kita berbasa-basi."
Eleanor sudah mewanti-wantiku lewat tatapannya dari sisi kanan Haley, seolah mengatakan bahwa kami harus tetap tenang. Ada senyum di balik kesedihan yang merajam wanita itu.
"Sayangnya, tidak," sahut Mr. O'Reilly tanpa berkutik sedikit pun. Kejengahan mulai berkumpul di dalam dirinya. Namun, tidak mungkin. Eleanor pasti memiliki tujuan jika mengajak kami ke tempat seperti ini.
"Mereka sudah merencanakan berbagai hal, lebih tepatnya untuk pencarian pemuda bernama Darnell di Pegunungan Rocky." Eleanor mulai berbicara, mengundang perasaan lega daripada sikap Mr. O'Reilly. "Mari kita mulai."
"Tidak lagi, Eleanor." Mr. O'Reilly melangkah, tepat berada di hadapan kursi Ed yang lumayan jauh dari keberadaanku.
"Maksudku, kita mulai bagian dari dugaan dan susunan rencananya." Eleanor berbicara lebih jelas lagi, sempat terlihat bersikukuh agar semua itu bisa dilakukan secepat mungkin. "Mari kita selesaikan masalah Alec dengan cermat, setidaknya sampai beberapa korban menenang dan melaksanakan pencarian."
Seluruh tatapan terpacu kepada Eleanor di tengah keheningan. Mr. O'Reilly masih berdiri tegap. Is menyimak dengan serius, dibalas dengan respons yang mulai membuatku resah.
"Malam ini, aku akan mengadakan rapat mengenai jadwal persiapan untuk meninggalkan Shelter Dome dan menghindari Chicago," sahutnya tenang. Tentu, dengan cara berbicara yang dibuat-buat agar terdengar hati-hati di mataku. "Yang KEDUA!! Keadaan memburuk dan kita berhak mengurusnya dengan cepat, tanpa melakukan pencarian terhadap satu pemuda lain. Demi Shelter Dome yang agak membusuk sejak hari itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Xaviers (Tamat - Proses Revisi)
Ciencia FicciónPemenang Wattys 2017 dalam kategori Storysmiths. Rank # 5 on Sci-fi 26-01-'18 Ada sesuatu yang membuat gadis itu merasa mendapatkan jati dirinya. Berusaha bertahan hidup walaupun satu hari, demi hidup aman di suatu masa. Dalam perjalanan panjang m...