Maaf telat update lama banget wkwk.
Intinya, berdoa semoga dia gak mati.Sampai jumpa di Epilog!
Tinggalkan komentar dan votes-nya ya, ok?
X
Pikiranku belum sepenuhnya kacau tatkala aku berhasil menginjakkan kaki di lantai ke sembilan belas. Dan, semuanya tetap sama.Tak terhitung banyaknya jika kembali mengingat berapa ruangan yang sudah kami telusur di setiap lantai; bagaimanapun, hasilnya tetaplah nihil. Kami belum melihat tanda-tanda keberadaan Jenderal Doug di ruangan mana pun.
Sensasinya jauh berbeda jika dianalogikan dengan bermain "petak umpat". Tentu saja tidak ada kesenangan saat anggota tubuhku terus bergerak untuk menemukannya. Yang ada hanya gairah memuncak untuk membunuh pria itu, kendati aku tahu kalau tindakan menyusuri setiap lantai dan memisahkan diri dari gerombolan Xaviers adalah hal yang nekat.
Tiga orang di lantai sembilan belas tidak akan bisa menghadapi banyaknya Tentara Chicago yang bisa datang kapan saja, bukan?
"Sebetulnya, memutuskan untuk naik sampai ke lantai dua puluh bukan ide yang baik." Drew angkat bicara tanpa memelankan langkah. Kontan, hal itu berhasil membuat Haley menoleh dari tengadahnya--sebelumnya gadis itu menatap kubah kaca raksasa yang menutupi gedung Holy Groot.
"Jadi ...," ungkap Haley. Satu-satunya yang berhasil menangkap arti tersirat dari perkataan Drew. "Apa kita harus kembali?"
"Ya, jawaban yang bagus. Itu opsi terbaik." Setelah menyelesaikan kalimatnya, Drew beralih, kemudian menatapku. "Kita kembali bergabung bersama Xaviers, oke? Keadaan gedung juga mulai melemah karena ulah roket-roket peluncur Xaviers lain di luar sana."
Sebenarnya aku urung menjawab dan tidak memiliki pertimbangan yang berarti karena kurasakan diriku semakin dongkol atas fakta bahwa Jenderal Doug masih saja bersembunyi. Aku sempat berpikir kalau tenagaku terbuang sia-sia selama menghabiskan periode menit dengan menelusur tiap-tiap tingkatan. Hasilnya, kuanggukkan kepala sebagai tanda persetujuan terhadap Drew. Dan, bisa aku lihat kalau lelaki itu tersenyum setelahnya. "Tenang, kita akan menemukannya."
Kudengar kalimatnya sebagai angan-angan. Kendati terlihat seperti omong kosong, tetapi rasanya tidak memuakkan. Yang Drew utarakan bukan sekadar racauan tak berguna jika kami berhasil melakukan aksi pembunuhan malam ini. Jadi, kurasa sikapnya sama sekali tidak menyedihkan.
Baru saja memutuskan untuk menaiki lift berbentuk kapsul yang dilapisi kaca transparan, cahaya yang menerangi seluruh bagian Holy Groot mendadak padam. Lagi-lagi, kesialan merudungi nasibku. Rasa takutku berhasil tersingkirkan oleh kekesalan yang lebih besar. Aku harus menyesuaikan pandang selama beberapa menit selanjutnya untuk memastikan keadaan agar tetap berada dalam kendali.
"Sudah kuduga!" desis Haley yang kurasa berada di belakangku. "Si otak udang bedebah itu--Alessa, Drew, tetap jaga posisi!!"
Kalimatnya terdengar rancu kala itu. Aku bertaruh, Haley tidak suka direpotkan. Aku juga tahu kalau amarah Haley sedang membludak. Pertama, lift tidak bisa dipakai saat penerangan melenyap; dan ancaman akan datang dua kali lebih besar jika mengingat bagaimana keadaan berjalan mulai dari detik ini. Spekulasi akan keberadaan sekumpulan Tentara Chicago yang berada di dalam kegelapan semakin meningkatkan kadar kewaspadaanku.
"Kita ... melewati tangga sampai berada di lantai enam dan berkumpul bersama pihak Xaviers," ujar Drew. "Tidak ada alasan untuk ragu."
Sekilas saja, kulihat Haley mengangguk seraya mengembuskan napas kuat-kuat. Satu-satunya hal paling dominan yang dapat diandalkan adalah kubah kaca raksasa yang menutupi bagian atas Holy Groot. Pasalnya, pencahayaan berasal dan memancar dari sana, disebabkan oleh sisa-sisa api yang melalap Chicago beberapa jam lalu. Lekas kami bergegas. Ya, tidak ada alasan untuk ragu--aku setuju atas pernyataan Drew--tetapi kewaspadaanku masih berlaku. Entah sugesti atau apa, terkadang indraku terasa bekerja lebih becus dibandingkan dengan keadaan-keadaan normal lainnya. Suara langkah yang jauh dari balik kegelapan, atau gesekan dan sekelebat bayangan yang memelesat seakan menjadi pertanda bahwa keadaan di sekitar mulai mengindikasikan bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Xaviers (Tamat - Proses Revisi)
Fiksi IlmiahPemenang Wattys 2017 dalam kategori Storysmiths. Rank # 5 on Sci-fi 26-01-'18 Ada sesuatu yang membuat gadis itu merasa mendapatkan jati dirinya. Berusaha bertahan hidup walaupun satu hari, demi hidup aman di suatu masa. Dalam perjalanan panjang m...