Gelenyar di tanganku tidak berhenti mengganas. Dalam suatu kesempatan yang membuatku bertemu dengannya, hatiku teriris. Terlebih, melihat tangan Alec menggapai-gapai untuk mencapai suatu pertahanan baginya untuk tidak berteriak dengan suara berat yang kentara. Itu bukanlah dirinya. Semakin raungan-raungan mengerikan itu mengeras--tak peduli suara paraunya dipaksakan untuk terus mengeluarkan kata-kata--anggota tubuhku ditarik mundur oleh Haley sampai-sampai terhenti saat menyentuh dinding kayu. Kedua lututku menekuk, sembari menahan tangis saat Alec terus-menerus mengatakan sesuatu menyakitkan tentang Shasha.
"HENTIKAN DIA, BODOH!" bentak Haley, dengan ketegasan penuh sambil menatap salah satu petugas-ahli yang tampak kewalahan menuliskan kata-kata Alec di kertasnya. "Tolong hentikan!!"
Di atas dipan yang terlihat keras, Alec menggeliat menahan serangan dari dalam tubuhnya--seakan-akan dirinya dirasuki sesuatu. Namaku disebut-sebut dalam keputusasaannya. Bersikeras Haley menahan gemetar yang menjalar di sekujur tubuhnya, kemudian berdiri dan maju beberapa langkah sampai akhirnya mencapai kediaman salah satu petugas yang sedang menahan rasa takut. Setetes air mata mengalir dari netranya.
"Kubilang hentikan!!" jerit Haley, dengan kekuatan penuh dan mendorong si petugas wanita--sampai-sampai tersurung ke ujung dinding.
Kami kewalahan. Bahkan, suara yang dikeluarkan Alec lebih keras dari raungan-raungan sebelumnya. Satu petugas lain bernama Lawrence mulai menghampiri kediaman kami. Rambut hitamnya mulai kusut. Namun--lebih melihat bagaimana reaksi Haley--ia melerai mereka dan merangkul salah satu temannya.
Melihat bagaimana sorot mata Haley yang mengganas--sembari menunjukkan jarinya kuat-kuat--dua petugas itu seolah-olah mendadak patuh. Aku masih berusaha beringsut walau lima belas sentimeter sekalipun. Aku ingin menggenggam lengan Alec. Dari satu lengannya yang tampak bergerak ke sana kemari, kulihat urat-uratnya mulai menegang. Bahkan, nyaris keluar dan itu mengerikan.
Semakin aku mendekat, semakin dirinya menenang. Namun, satu hal yang membuatku menetapkan ketakutan di sisinya. Tangan Alec mengepal sekuat apa yang bisa dilakukannya. Giginya bergemeletuk seiring aku mendekat setiap detik. Terlebih, saat aku memberanikan diri untuk menatap mukanya. Seolah waktu diperkenankan untuk berjalan lebih lambat selama lima menit--mulai detik ini. Dua petugas itu belum kembali. Suara besi beradu, dengungan-dengungan panik kudengar dari ujung ruangan. Mereka sedang mencari biusannya.
"Menjauh!" desak Haley, melekat di kepalaku. Namun, tetap kuhindari perkataannya. "Menjauh dari matanya!!"Kupikir ia baik-baik saja. Kupikir ia menenang saat aku mendekat dan mulai membelai lengannya. Namun, itu adalah kesalahan terfatal, yang lebih menyudutkan keadaan Alec dengan segala amarah di dalam suatu pengendalian seseorang. Sontak, lengannya memutar dengan spontan. Aku ingat benar bagaimana tangannya mengepal dengan kuat sebelum itu, dan sampailah kepada mukaku. Dengan getaran hebat terhadap permukaan wajahku, aku terpental ke permukaan. Satu area di sekitar pipi kiriku mulai berdenyut ngilu. Pukulan mendadak Alec yang kentara langsung membuat kepalaku pening tak tertahankan. Rasa sakitnya mulai merebak ke mana-mana.
Diiringi debuman di permukaan setelahnya, pria itu terpaksa menjatuhkan diri, dengan segala kengeriannya. Keadaan Alec semakin tak terkendali. Kuusahakan dengan menggerakkan anggota tubuhku sebisa mungkin saat Alec mulai menggapai lagi ke arahku. Bola matanya memerah, bahkan air liur bersarang di sekitaran mukanya. Haley menarikku dari ujung dengan panik--dan terpaksa menendang pinggang Alec agar tak mencapai tubuhku.
Dua petugas baru saja sampai dan tersentak begitu Alec melemparkan omong kosong mengenai Xaviers. "Penyergapan dimulai ... atau Alessa Prime berpihak kepada kami dan b-berkenan mengembalikan satu Xaviers TERPENTING!!"
Aku sudah tidak bisa merasakan kakiku lagi. Seolah seluruh otot-otot di kakiku mendadak tak berfungsi, aku tak menyadari apa yang kulakukan saat itu. Yang pasti, Haley bersikeras menggusurku agar menjauh dari serangan Alec. Sementara, satu petugas lain dengan tergesa-gesa berlari ke arah pintu keluar. Bahkan, biusan yang dibawanya sempat dijatuhkan dan terabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Xaviers (Tamat - Proses Revisi)
Science FictionPemenang Wattys 2017 dalam kategori Storysmiths. Rank # 5 on Sci-fi 26-01-'18 Ada sesuatu yang membuat gadis itu merasa mendapatkan jati dirinya. Berusaha bertahan hidup walaupun satu hari, demi hidup aman di suatu masa. Dalam perjalanan panjang m...