Kay's POV
"Hey, sudah kukatakan padamu. Aku Zayn Malik! Salah satu anggota One Direction! Kau terlalu kudet, you know?"
"IDGAF," kataku sambil menatap ke jalanan. Dia mendengus dan kurasakan dia berkali-kali menoleh ke arahku.
Tidak ada percekcokan lagi diantara kami, dan dia pun tidak menyalakan musik atau radio di mobilnya. Aku tidak tau, atau lebih tepatnya lupa, arah jalanan yang sedang kami lalui saat ini, jadi aku hanya bisa duduk dan melihat kondisi jalanan yang tidak terlalu ramai. Hari ini, di mana-mana sepi. Entahlah.
Mobilnya mulai memasuki lokasi yang lumayan jauh dari jalanan utama. Mungkin, dia dan band yang sudah kulupa namanya itu mempunyai semacam rumah atau basecamp di sini. Yah, kalau dia benar-benar terkenal, pasti dia akan tinggal jauh dari kerumunan, kan?
Akhirnya, kami sampai di sebuah rumah besar, mewah, dan megah yang dikelilingi taman dengan beberapa jenis tanaman. Dia memarkirkan mobilnya di sudut halaman, dan belum sempat mataku melihat seluruh pemandangan halamannya, tangannya sudah menarikku keluar dari mobil dan menyuruhku mengikutinya ke dalam. Kakiku memijak lantai marmer sebelum mencapai pintu masuknya. Yah, mungkin dia memang terkenal.
"Terpesona, huh?" ejek laki-laki yang mengaku sebagai Zayn Malik dari One... Darktion—One Dimension—uhm Want to Action. Ah, entahlah.
"Kau belum melihat rumahku," cibirku, membiarkan tanganku ditarik olehnya. Tetapi, apa memang benar bahwa dia adalah anggota dari boyband-terkenal-yang-namanya-sulit-kuingat itu? Atau apa dia seorang supir di sini? Tapi, mukanya tidak seperti muka supir, sih.
Memang benar. Wajah Zayn sangat tampan dan lumayan breath-taking saat pertama aku melihatnya. Wajahnya yang seperti blasteran Asia, dengan hidung yang mancung dan bibir yang ah, sangat sempurna. Sayangnya, sifatnya menjengkelkan.
"I'm home!" seru Zayn keras saat kami baru saja melalui pintu. Ia menutup pintu dengan kakinya.
Seseorang langsung menyambutnya sambil nyengir. Wajahnya imut dengan rambut setengah blonde. Ia mendelik melihatku, lalu memperhatikan aku dari ujung rambut sampai kaki. Duh. Lalu, seketika si blondie itu tercengir lagi.
"Daddy! Zayn membawa pacar barunya!" jerit si blondie, yang seketika itu juga langsung dibekap mulutnya oleh Zayn.
"Shut up, Nialler!" omelnya. "Dia bukan pacarku!"
"Mmpphh, lheebasskhaan akkhuu!" seru Niall lalu mendorong tangan Zayn dari mulutnya. "That's hurt, tho!"
Detik itu juga, seorang laki-laki berambut hampir botak dan laki-laki curly datang dari dalam. Si curly nyengir sambil memperhatikanku seperti si blondie yang dipanggil Zayn dengan sebutan 'Nialler' itu. Daaamn.
"Halo, beautiful," sapa si curly sambil mempersilahkan aku masuk. Ia tersenyum dan ternyata sulit untuk tidak mengacuhkan senyum dengan lesung pipinya itu.
Yah. Itu baru sopan dan tau aturan. Langsung saja aku mengingat Gwen yang hampir sama menyebalkannya seperti Zayn. Kurasa mereka cocok. Menyebalkan.
Aku mengangguk sambil menunggu Zayn menarik tanganku ke dalam. Tapi, ternyata dia membiarkanku masuk sendiri dan mengikutinya. Di dalam, aku melihat seorang laki-laki lagi yang mengenakan baju stripes dengan seorang perempuan cantik yang sepertinya lebih tua dariku.
Pandangan mereka langsung teralihkan kepadaku, dan itu sangat sangat canggung. Beruntung, perempuan yang terlihat ramah itu langsung tersenyum setelah beberapa lama memperhatikanku, "halo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Guy
FanfictionApakah bertemu dengannya adalah kebetulan? Atau takdir? Benarkah Kylie Schlamer bertemu dengan Zayn Malik karena kebetulan? Tetapi, apakah itu menutup kemungkinan bahwa mereka sebenarnya ditakdirkan? So, a coincidence or a destiny? Is there really...