Kay's POV
Setelah menutup telepon dari Zayn, aku buru-buru menghapus air mata di seluruh wajahku. Aku membiarkan diriku ambruk, tapi, aku benar-benar tidak bisa menahan tawaku saat ini.
Aku berbaring di kasurku dan tertawa keras membayangkan wajahnya saat ia mendengarku menangis dan menyalahkannya.
Akhirnya, manusia sialan itu telah sukses tertipu.
Aku senang akhirnya ia bisa mendapat balasan atas perlakuannya tadi malam. Walaupun ia tidak benar-benar macam-macam denganku, tapi, ia benar-benar menciumku. Ia mengambil ciuman pertamaku, memberikan kesan alkohol di seluruh indraku.
Memang menyedihkan tentang kenyataan bahwa aku belum mendapat ciuman pertama sebelum Zayn melakukannya. Tapi, aku tidak pernah membayangkan akan dicium alkohol pada saat pertamaku.
Tadi malam, karena Zayn menciumku, aku menangis. Ditambah, melihat betapa bergairahnya Zayn saat itu. Ketakutan melandaku. Ditambah lagi, cengkaraman kuku Zayn yang meninggalkan luka perih di lenganku sebagai balasan rontaanku.
Namun, sebelum ia melakukan apapun lebih lanjut, ia ambruk. Pingsan. Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku langsung membawanya pulang.
Dari awal aku melihat Twitter bahwa Zayn berada di klub malam sudah membuatku tambah tidak menyukainya. Sampai ia mengasariku, aku benar-benar sudah membencinya. Tapi, aku sudah cukup puas mengetahui Zayn akan memikirkan kebohonganku barusan sepanjang harinya.
Mungkin, aku akan mengaku padanya nanti. Dan ia tidak boleh marah kepadaku.
Niall's POV
Setelah keluar dari kamar, aku menghentikan actingku. Liam mungkin bisa pergi, tapi, aku diliputi rasa khawatir hebat sehingga aku menguping pembicaraan mereka dari balik pintu.
Entah kenapa, aku khawatir. Aku seperti tak bisa melihat Kay menangis. Satu bulan yang aku lalui bersamanya adalah bulan yang penuh warna bagiku. Karena bukan hanya Zayn yang bisa bersama Kay tiap kali ia ke basecamp, kami semua telah menjadi dekat dengannya. Aku merasa harus berterimakasih kepada Zayn karena telah membawa seorang malaikat super cantik ke dalam kehidupanku.
Saat mengetahui apa yang dialami Kay karena Zayn, otakku langsung berputar tak karuan. Rasanya diriku juga sakit melihat Kay terluka. Mungkin aku bisa beracting tertawa, tetapi, sesungguhnya aku adalah orang yang paling mengkhawatirkannya. Dan lebih lagi, ia menangis.
Saat Paul bilang Kay diharuskan menjadi kekasih Louis, aku merasa aku akan meledak. Rasa cemburu yang entah darimana asalnya meliputiku. Untuk sekali ini, aku sangat ingin menjadi Louis. Bagaimana tidak? Ia beruntung sekali.
Setiap aku bersama Kay, aku gembira. Saat aku sedih atau kecewa, ia selalu memelukku dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Jika aku senang, ia ikut senang. Saat aku bingung, ia selalu memberikan jalan keluar untukku. Dan yang terpenting adalah, ketika aku lapar, ia selalu siap sedia membuatkanku makanan.
Yah, itulah yang kualami sebulan ini.
Ia satu-satunya perempuan yang bisa membuatku merelakan makananku untuknya. Dengan kata lain, aku membagi makananku untuknya.
Mungkin.
Aku telah jatuh cinta padanya.
Melepas pikiranku saat ini, aku memutuskan untuk menghubunginya. Aku bisa menghiburnya. Lagipula, aku ingin mengobrol berdua dengannya.
Dan ketika suara yang pertama kali kudengar darinya adalah tawa, aku mengerutkan keningku, "Kay?"
"Hey, Ni," balasnya. Keceriaannya membuatku bingung. Aku hanya berharap bahwa ia tidak menjadi gila.
"Kau tidak apa-apa?" ucapku lagi. "Aku minta maaf karena tertawa tadi. Aku seharusnya tahu itu sesuatu yang berarti untukmu. Sungguh, biarkan aku menikahimu sekarang juga."
Yang tidak bisa kupercaya, ia membalas perkataanku dengan tawa. Yang ia lakukan hanya tertawa. Sungguh, aku tidak mengerti, karena beberapa menit yang lalu aku mendengarnya memekik dan terisak.
"Aku sungguh tidak apa-apa, Ni. Biar kuberitahu kau sesuatu," balasnya. "Aku hanya menipu Zayn! Haha! Maaf jika aku membuatmu khawatir juga."
Mendengarnya, hatiku sungguh lega. Aku bisa bernapas normal kembali. She is hilariously hilarious.
"Sungguh pintar," kekehku. "Aku mencintaimu!"
"Aku sungguh-sungguh mencintaimu juga, Ni. Maaf aku tidak bisa mengontrol tawaku karena tanggapannya tadi benar-benar lucu."
Ketika aku mengatakan aku mencintainya, aku benar-benar bermaksud seperti itu. Dan kuharap, itu juga yang kuharapkan Kay rasakan ketika ia berkata bahwa ia sungguh-sungguh mencintaiku juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Guy
FanfictionApakah bertemu dengannya adalah kebetulan? Atau takdir? Benarkah Kylie Schlamer bertemu dengan Zayn Malik karena kebetulan? Tetapi, apakah itu menutup kemungkinan bahwa mereka sebenarnya ditakdirkan? So, a coincidence or a destiny? Is there really...