32

5.6K 547 38
                                    

Niall's POV

Aku mengulum senyum melihat wajah Ariana yang sangat serius mendengarkan ceritaku. Daritadi, wajahnya datar dan tidak berkomentar banyak karena memang aku melarangnya berbicara sebelum aku selesai. Terkadang jika aku menceritakan bagian yang sedih, wajahnya ikut sedih. Jika satu hal yang bahagia, ia tersenyum bahkan tertawa. Memang kuakui, Ariana manis dan aku tau tingkah dan perilakunya ini bukan dibuat-buat seperti yang kakaknya lakukan— Barbara Palvin.

"... itu yang membuatku selalu memikirkan dan mempertanyakan perasaanku pada diriku sendiri. Apa aku memang menyukai Kay yang jelas-jelas hanya menganggapku sahabat, atau aku hanya sekedar mengaguminya saja? Kau tau kan, Kay itu memang cantik, sabar, pintar memasak dan berbeda dari gadis lainnya. Maksudku, kau tau kan, banyak gadis di luar sana jika melihat kami langsung bertingkah, misalnya, langsung merapikan rambut atau poni, memakai pakaian yang terlalu berlebihan, dan lain-lain...." ucapku mengakhiri ceritaku hari ini. Ariana mengangguk dan merubah posisinya menjadi tegap.

"Bagaimana menurutmu?" tanyaku sambil menyesap teh untuk menghilangkan kekeringan dalam kerongkonganku sehabis berbicara panjang lebar.

Ariana memposisikan jari telunjuknya di pelipis dan bertingkah seperti profesor. "Menurutku, sih, kau hanya sebatas mengagumi Kay. Aku tau jelas sifat-sifat yang kau sebutkan tadi memang ada dalam diri Kay, dan aku yakin itu membuat semua orang bertingkah sama sepertimu. Kagum."

Mendengar komentar pendek Ariana, aku mengangguk-anggukkan kepalaku, "benarkah? Jadi, perasaan yang dimiliki Harry dan Zayn juga sama? Sebatas kagum?"

Ariana mengerutkan keningnya, "Harry? Memangnya Harry menyukai Kay?"

"Beberapa hari yang lalu ia menyatakan perasaannya pada Kay, kau tidak tau?"

Refleks, Ariana menggebrak meja, "kau bercanda? Mengapa tidak sekalian Liam menyukai Kay juga?!"

Melihat responnya, pun aku terkekeh, "slow down, Ariana."

"Huft, maaf."

"Ya." balasku. "Jadi, apa jawaban pertanyaanku tadi?"

"Yang mana?"

"Jadi, perasaan yang dimiliki Harry dan Zayn juga sama? Sebatas kagum?" ulangku.

"Em.." ucap Ariana. "Aku tidak tau tentang Harry, tetapi kurasa Zayn memang benar-benar menyukai Kay. Kau tau kan tingkahnya ketika sedang bersama dengan Kay?"

Aku mengangguk.

"Menurut analisaku, itu merupakan cara untuk mendapat perhatian lebih dari Kay dan agar Kay mengingat Zayn sebagai sosok yang berbeda dari yang lainnya. Begini, jika Zayn bertingkah baik seperti kau atau Harry atau yang lain, lalu apa bedanya Zayn dengan dirimu? Yah, kira-kira begitu, aku tidak tau apakah kau mengerti atau tidak." jawab Ariana.

Aku terkekeh, "aku mengerti, profesor."

Aku menarik Ariana untuk lebih dekat denganku dan merangkulnya. Entahlah, aku memang suka merangkul siapa saja, rasanya nyaman mengetahui masih ada orang yang sayang denganku. Tanganku kugerakkan mengacak rambut keritingnya, "terima kasih."

"S—sama sama.."

"Ooooo." godaku. "Jadi ceritanya, pipimu memerah? Kau merona lagi? Tenang saja, aku akan membuatmu seperti ini terus jika kau selalu bersamaku."

"Niall!" Ariana meninju lenganku dan melepaskan diri dari rangkulanku. "Aku mau pulang."

"Wah, sekarang kau tampak seperti Kay." kekehku. Kulihat ia tampak sedikit terganggu dengan kalimatku barusan.

"Aku tidak suka ketika kau mulai membandingkan." cibirnya. "Oh, ya. Aku tau aku hanya seorang dari jutaan penggemar di dunia, dan aku rasa aku memang sangat beruntung bisa mengenalmu seperti ini. Maka dari itu, aku mau kau bersikap adil pada semua penggemarmu, bukan hanya aku. Mereka semua juga ingin mengenalmu seperti ini."

Annoying GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang