10.

8.1K 696 25
                                    

Liam's POV

Aku tau bahwa aku pernah bertemu perempuan itu sebelumnya.

Sophia.

Sophia Smith.

Ia juga yang menyapaku kemarin.

Aku tau jelas siapa Sophia Smith. Ketika Clara menyuarakan namanya, segalanya tampak jelas. Aku bisa membayangkan wajahnya saat terakhir kali kami bertemu di sekolah. Wajahnya tanpa kacamata hitam tampak sangat jelas di pikiranku.

Juga jelas, apa maksudnya menyapaku kemarin. Aku tau, ia merupakan orang yang keras kepala dan sukar berubah. Dulu, ia selalu memanfaatkanku sebagai kekasihnya untuk melakukan apa yang ia inginkan. Adalah suatu ketidakmungkinan jika ia ingin berurusan denganmu tanpa niat mendapat keuntungan.

Jelas ia bukan orang yang ingin aku tanggapi, lagi.

Tanpa mengatakan apapun kepada Clara yang tampak kebingungan, aku meninggalkan tempat makan itu dan langsung melangkah keluar.

Harapanku hanya satu. Tidak berurusan dengan Sophia Smith.

---

Zayn's POV

Aku melangkahkan kaki lambat-lambat di sebelah Harry yang sedang mencoba untuk menghubungi Kay. Kami diberitau untuk makan terlebih dahulu, jadi kami menuju ke restoran yang ada di lantai teratas hotel ini. Roof top.

"Ia tidak akan mengangkat. Kau akan mengganggunya dalam kelas, Har," ujarku untuk yang kesekian kalinya.

Tapi, tanpa memedulikanku, Harry tetap mencoba untuk yang kesekian kalinya pula. Aku bisa bertaruh mobilku. Kay tidak akan mengangkat panggilannya.

Aku berpisah dengan Harry untuk mengambil makananku. Satu-satunya yang kucari adalah ayam dalam bentuk apapun. Dan ketika aku telah melihat potongan terakhir kalkun yang terbaring hangat di panggangan di sudut ruangan, aku memutuskan untuk mengambil itu setelah memenuhi nampanku dengan sosis.

Hanya sebentar aku melepaskan pandanganku darinya, kalkun itu telah lenyap. Dan seorang wanita terlihat habis menaruh capitan di atas panggangan kalkunku. Sudah pasti ia yang mengambilnya.

"Hey," ujarku. Yah, kuakui suaraku memang terlihat tidak ramah. Bodoh memang kalau aku kesal hanya karena sepotong kalkun yang diambil ketika aku tau bahwa sebentar lagi kokinya akan mengeluarkan kalkun lainnya.

Wanita itu berbalik badan. Entah kenapa, itu terlihat seperti slow motion bagiku. "Ya?"

"Itu kalkunku," ucapku dingin. "Berikan padaku."

"Oh?" Ia mulai menatapku kesal, "Aku mengambilnya dari panggangan ini dan jelas, panggangan ini bukan milikmu."

"Pokoknya, itu kalkunku," balasku malas. "Aku mau itu. Aku melihatnya duluan."

"Aku mengambilnya duluan."

"Aku menargetkan itu duluan."

"Aku tidak peduli," balasnya ketus. "Tunggu saja di sini. Kokinya akan membuatkannya untukmu, Sir, karena yang ini jelas milikku."

Tanpa memberiku kesempatan untuk membalas, perempuan ketus itu pergi setelah memutar matanya padaku.

Ck, dasar.

Ketika aku kembali, Harry terlihat benar-benar senang sambil menelepon. Aku tau itu siapa. Jika aku bertaruh tadi, aku pasti sudah kehilangan mobilku.

Harry melirik ke arahku, "Ya, ia di sini, Kay. Kau ingin bicara? Tidak? Oke."

Langsung saja kutarik ponsel Harry dan memasang loud speaker. Jika ia tidak ingin bicara denganku, biarkan aku yang bicara dengannya. Aku yakin 100% ia sedang berbahagia tanpa kehadiranku untuk membuang waktunya.

"Harry?"

"Harry sedang adu panco dengan robot di sini," balasku asal. Kulihat Harry memutar matanya.

"Aku tidak ingin mendengar suaramu. Sungguh. Aku kira satu hari ini akan menjadi sempurna tanpa mendengar suaramu yang menyebalkan."

Aku mendengus, "Yakin? Setelah apa yang telah kita lakukan malam itu? Kau menikmatinya, kan?"

Sontak, Harry yang mendengar langsung mengerutkan keningnya. Matanya bahkan hampir melotot.

Salahku. Aku seharusnya tidak mengatakannya. Tapi, sudah terjadi.

"Sialan. Bisakah aku tidak bicara denganmu?"

"Dasar. Kau pasti akan merindukanku, Kay. Kau akan merindukan semua hal tentang diriku."

"Ya, terserah. Aku merasa sangat beruntung bisa hidup normal hari ini, Zayn."

"Panggil namaku lagi," kekehku. "Yang keras."

"Fuck you. Aku sungguh tidak akan menanggapimu lagi. Berikan pada Harry."

Aku tertawa dan melemparkan ponsel Harry kembali kepadanya. Ia bangkit dari tempat duduknya dan menghilang dari pandanganku setelah kubuat penasaran dengan apa yang kulakukan dengan Kay tadi malam.

Yah, walaupun aku juga tidak begitu mengingatnya dengan baik. Pasti karena mabuk.

Annoying GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang