Kay's POV
Baru beberapa hari aku menjalani kehidupan baruku di Oxford, tetapi, itu tidak semudah yang kubayangkan. Karena ini universitas unggulan, aku benar-benar sudah bekerja keras bahkan di minggu pertamaku.
Kucengkram kuat segelas thai tea yang baru saja kubeli sambil berjalan cepat menuju kelasku selanjutnya. Oxford adalah universitas yang sangat luas. Butuh waktu lama untuk kami pergi dari tempat satu ke tempat yang lain. Dan sekarang, aku setengah mati mencoba untuk menuju ke kelas Bahasa yang sudah kulupakan letaknya di universitas ini.
"Schlamer!"
Tiba-tiba, seseorang memanggilku. Ternyata, Raine Modden. Ia adalah salah satu orang yang meninggalkan cukup kesan padaku, jadi aku ingat namanya. Aku ingat ketika ia mencium Sandara di pertemuan pertama kelas Musik, sedangkan pre-test sedang berlangsung.
Aku menghentikan kakiku dan menoleh kepadanya, "Ya?"
Raine yang ternyata sudah mengejarku dari tadi berhenti di depanku dengan napas tersengal-sengal. Di belakangnya, Barbara Seacrest— seorang Directioner yang benci mutlak kepadaku, mengikutinya. Mungkin, apa yang akan mereka sampaikan adalah hal penting.
"Maaf, aku tahu kau buru-buru. Tapi, apa kau ada acara malam ini?" tanyanya.
Aku berpikir. Sebenarnya, tidak ada. Kecuali jadwal Skype-ku dengan Louis yang baru ia tetapkan kemarin. Aku memang jarang ke mana-mana pada malam hari. Jadi, aku selalu tanpa acara saat malam hari.
"Tidak," balasku.
"Let's hang out, then," katanya sambil tersenyum.
"Dan... kenapa kalian mengajakku?" tanyaku. Dari sekali lihat, semua orang bisa tahu bahwa Raine bukanlah tipe orang yang tidak sering pergi ke klub malam. Juga Barbara Seacrest.
Atas dasar apa mereka mengajakku hang out?
"Alasan pertamanya, kau bagian dari kelas musik. Dan alasan utamanya...," jawab Raine. "Kau super cantik, kaya, dan kami percayai kau satu level dengan kami."
Mendengarnya, aku benar-benar langsung menganggap Raine dan Barbara makhluk yang menjijikan. Sangat bukan tipeku untuk membeda-bedakan kasta seseorang. Apalagi secara fisik. Jelas, aku tidak akan berurusan dengan orang-orang seperti ini.
Aku mendengus dan menatap mata Raine, "Tidak terima kasih. Level kita tidak sama, Raine. Orang yang suka membeda-bedakan berada ujung jari kakiku."
"As expected," kekeh Raine kecil. Sekarang, ia menatap mataku seakan-akan ia memang tahu kebenaran pernyataanku tetapi tidak peduli. "Kylie Schlamer. Kau benar-benar mau menjadi orang bodoh yang bergaul dengan orang-orang yang tidak sekaya dirimu? Yang tidak serupawan wajahmu? Yang mengandalkan subsidi pemerintah untuk dapat belajar di Oxford? Biar kuperjelas. Kau adalah seorang anak dari pemilik hotel termewah dunia, Schlamer."
Dari belakang tubuh Raine, Barbara muncul dan menatapku, "Sebenarnya, itu bagus jika kau menolak. Sudahlah, Raine. Sudah kubilang, walaupun kaya, ia sama menjijikannya dengan mereka."
"Yah, terserah. Aku benar-benar tidak peduli," balasku malas. Kakiku beranjak pergi dari hadapan mereka. Bukan karena aku tidak bisa membalas debat itu, namun, aku sudah hampir terlambat untuk kelas bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Guy
FanfictionApakah bertemu dengannya adalah kebetulan? Atau takdir? Benarkah Kylie Schlamer bertemu dengan Zayn Malik karena kebetulan? Tetapi, apakah itu menutup kemungkinan bahwa mereka sebenarnya ditakdirkan? So, a coincidence or a destiny? Is there really...