Kay's POV
Tahun ajaran akan dimulai satu bulan lagi. Itu artinya aku masih bisa bersenang-senang dan menyesuaikan diriku di London.
Aku berjalan keluar dari gedung megah Oxford University ini dan bermaksud pulang dengan taksi. Bukan pulang, sih. Yah, aku akan kembali ke basecamp Zayn. Kulihat jarum jam di jam tanganku menunjuk angka 11. Pun aku menyusuri taman universitas ini sebelum akhirnya keluar dari gerbangnya.
Tiba-tiba, sebuah mobil hitam yang sepertinya pernah kulihat berhenti tepat di sebelahku dan menekan klakson berkali-kali. Aku mengerutkan dahi, dan mencoba mengintip siapa orang yang mengemudikan mobil ini. Seseorang yang mengenakan jaket jeans dan kacamata hitam keluar dari mobil itu dan langsung mendorongku untuk masuk ke mobilnya. Yah, orang ini.
"Zayn?" Aku memandang ulang wajahnya yang tertutup kacamata hitam. Tetapi aku tau betul kalau itu dia. Terlihat juga bibir pucatnya, serta keringat di sekitar dahinya. "I've told you not to...."
Zayn memutar matanya, "aku tidak menjemputmu. Dasar terlalu percaya diri."
"Yah. Lalu?"
"Sudahlah!" seru Zayn. "Temani aku ke dokter."
"Di mana dokternya?"
"Rumah sakit."
"Yah. Di mana rumah sakitnya?"
Zayn berdecak, "banyak tanya. Aku yang menyetir, kau ikut saja."
Aku menghentikan Zayn yang baru saja ingin menuju bagian kemudi dengan tanganku, "tidak. I drive."
Zayn menepis tanganku, "aku kuat."
"Yah. Kau kuat. Tetapi, aku tidak kuat melihatmu menyetir, oke? Take some rest, boss."
Mendengarku, Zayn tertegun sebentar, kemudian menyerahkan kunci mobilnya kepadaku. Ia masuk ke dalam mobil tanpa bicara apa-apa lagi. Yah, dia sakit.
"Apa yang kaupikirkan, sih? Kenapa tidak minta temanmu mengantar ke rumah sakit daripada menyetir untuk memintaku menemanimu?" kataku setelah mobilnya melaju di jalanan. Yah, ini kali pertama aku menyetir di London.
Zayn menyangga kepalanya dengan tangannya, "Harry bilang akan menjemputmu."
Aku menautkan alisku, "jadi?"
Zayn memejamkan matanya sambil bicara, "yah. Untuk apa dia menjemputmu? Lebih baik aku yang menjemputmu."
"So sweet?"
"... sekalian menemaniku ke dokter."
---
Zayn's POV
Sambil menunggu Kay menebus obat-obatanku di dalam, aku duduk dan membuka ponselku. Ponsel cadangan lebih tepatnya. Masih ada sekitar dua lagi ponsel cadanganku, tetapi itu semua tidak bisa menggantikan ponsel yang kemarin tercebur di sungai saat aku bertabrakan dengan Kay. Di dalam ponsel itu terisi semua kenanganku dengan Perrie; foto, chats, vidio, dan lain-lain. Ah, oke, sudahlah.
Aku membuka aplikasi Twitter yang akhir-akhir ini jarang kugunakan, dan ternyata ada lebih dari sejuta notifikasi di sana.
@zaynmalik: feeeel dickk :&
@zaynmalik: i mean sick!!
Aku keluar dari aplikasi Twitter saat tiba-tiba Perrie mengirim SMS kepadaku. Yah, tentu saja aku sudah menghubunginya kemarin kalau ponselku jatuh ke sungai. Akhirnya, gadis yang kucintai setengah mati ini menghubungiku juga. Penyakitku mungkin akan langsung sembuh jika sudah berbicara dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Guy
FanfictionApakah bertemu dengannya adalah kebetulan? Atau takdir? Benarkah Kylie Schlamer bertemu dengan Zayn Malik karena kebetulan? Tetapi, apakah itu menutup kemungkinan bahwa mereka sebenarnya ditakdirkan? So, a coincidence or a destiny? Is there really...