Zayns POV
Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Irisku mulai mengatur banyak cahaya lampu yang masuk ke mataku.
Mataku sepenuhnya terbuka. Aku mengerlingkan mataku dan membaca setiap sudut tempat asing ini.
Disini sepi, maksudku tidak ada siapa-siapa. Aku merasakan perutku kembung. Buegh.
Detik selanjutnya aku ingat kejadian tadi. Aku bersama Kay di kolam dan Kay mendorongku masuk ke dalam air padahal aku sudah bilang padanya agar ia mempelajari tentangku di internet dan pastinya ia tau kalau aku phobia air.
Sialan. Aku mengatur nafasku. Lihat saja anak itu, kalau ketemu akan kuberi pelajaran. Btw, bibirku sedikit basah. Entahlah.
"Zayn!" seseorang memunculkan tubuhnya sebelah di balik pintu. Aku melihatnya dan ia menutup mulutnya. Seketika otakku bekerja, sepertinya aku pernah melihatnya, tetapi dimana?
"Bolehkah kami masuk?" tanyanya sumringah. Kami?
"No sor—"
Orang itu yang ternyata bersama temannya sudah ada di sebelah kasurku sekarang. Padahal sebenarnya aku belum mengizinkan dan tidak mengizinkan.
"A-aku fans mu, Zaynie!" ucap si pirang. Maaf, dua-duanya pirang. Jadi apa bisa aku sebut, si pirang satu?
"I can see that. But Im—"
"OMG, mimpi apa aku semalam bisa berdiri di sebelahmu." si pirang dua menggigit jari-jarinya.
"Could you two please go o—'
"Kau tau tidak Zayn? Aku melihat siapa yang mendorongmu! Kay! Ia gila!" ucap si pirang satu.
"Benarkah? Ia sengaja?" tanyaku. Untuk sekali ini omonganku tidak dipotong oleh mereka berdua. "Maksudku bukan terpeleset?"
"Course! Ia sengaja!" jawab si pirang satu.
Aku menghela nafas dalam, dadaku agak sesak mengetahuinya. Jika benar ini memang sengaja dan Kay mengetahui bahwa aku phobia air, ini tidak lucu sama sekali. Aku hampir mati.
Kays POV
"Z.." aku membuka pintu ruangan kesehatan yang ada Zayn di dalamnya dengan pelan. Aku melihat Zayn menatapku tajam.
"Mau apa kau kesini?" tanyanya dingin. Aku tau ia pasti salah paham.
"Aku ingin menjelaskan semuanya." balasku pelan. Aku berjalan mendekat ke tempat tidurnya. Matanya tetap menatapku tajam.
"Kau tau tidak aku phobia air." tanyanya masih dengan suara datar dan dingin. Aku melihat wajahnya memerah.
Aku mengangguk, "aku tau, sebenarnya aku—"
"Apa? Sebenarnya kau ingin mengerjaiku dengan menceburkanku ke kolam sedangkan kau tau aku mempunyai phobia dengan air? Begitu? Oh itu lucu sekali Schlamer, percobaan pembunuhan yang menyedihkan. Kau tau tidak aku hampir mati?!" ujarnya marah. Aku tau ia marah tetapi ini salah paham. Bukan aku yang mendorongnya!
"Z, kau salah paham. Dengarkan aku—"
"Pergi."
"Z—"
"Pergi! Dengar tidak sih!" bentaknya. Aku tersentak. Yang kutau adalah ia marah padaku, karena salah paham.
Aku menatap matanya sebentar dan ia membalasnya tajam. Aku beranjak keluar tetapi sebelumnya aku mengusap rambutnya yang basah cepat. Tetapi ia langsung menepis tanganku kasar. Ya aku tau ia marah padaku. Aku tau.
"Kau salah paham, Z." ujarku pelan sambil berjalan ke pintu. Aku membukanya tanpa menunggu jawabannya darinya. Karena aku tau ia marah. Padaku.
Aku memutuskan untuk kembali ke basecamp dan meninggalkan Zayn disini karena percuma aku berada disini karena Zayn sedang marah padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Guy
FanfictionApakah bertemu dengannya adalah kebetulan? Atau takdir? Benarkah Kylie Schlamer bertemu dengan Zayn Malik karena kebetulan? Tetapi, apakah itu menutup kemungkinan bahwa mereka sebenarnya ditakdirkan? So, a coincidence or a destiny? Is there really...