Harry's POV
@Harry_Styles: @zaynmalik Happy birthday and don't forget to send me a bunch of bananas x
Aku masih membaca beberapa cuitan penggemar di Twitter ketika Niall tergopoh-gopoh datang menghampiriku, "Haz!"
"Hey, ada apa?" tanyaku bingung. "Calm down, Ni."
"Kau harus melihat berita pagi ini." Niall menyeretku ke ruang tamu di mana televisi berada. Kedua temanku yang lain sudah berada di sana sambil mendengarkan sang pembaca berita.
"Zayn Malik of One Direction was spotted last night at the London Eye with a friend of his. Zayn, that was known to still be in Germany with his band, surprised the fans that he came back to celebrate his birthday in his home land the UK. The other One Direction members are confirmed to currently be in Germany...."
Di sebelahku, Liam berujar, "Jadi... mari pulang."
---
Zayn's POV
Pagi harinya, Kay sudah kembali berada di base camp untuk membangunkanku. Dengan mengelu-elukan bahwa birthday boy harus bersemangat di hari ulang tahunnya, ia membangunkanku pada pukul 8 pagi pada hari di hari liburku.
Aku menerima beberapa paket hadiah yang dikirimkan ke alamat base camp. Beberapa berasal dari penggemar dari seluruh Britania, namun ada juga sebuah kotak hitam minimalis yang dikirim oleh keluargaku di Bradford.
Kini, kami sedang menyesap teh yang Kay buat di balkon kamarku. Teh earl grey yang walaupun terlalu dini disajikan untuk afternoon tea kurasa tetap menjadi favorit orang-orang Inggris kapanpun waktunya.
"Begitulah, Kay," ujarku, menutup ceritaku mengenai detail perpisahanku dengan Perrie.
Jika dianimasikan, kedua tangan hatiku seakan masih berusaha untuk menggenggam tangan-tangan hati Perrie. Namun, aku tahu jelas bahwa itu tidak ada gunanya. Apapun yang akan terjadi ke depan, hubunganku dengannya tidak akan pernah menjadi sama lagi.
Kay menepuk-nepuk bahuku pelan, "Sorry to hear that, Z."
Aku terkekeh pelan, "No. Aku tidak apa-apa. Aku yakin aku akan melupakan hal ini sebentar lagi."
"Jangan," ujar Kay. "Kurasa hal seperti ini terlalu indah untuk dilupakan. Simpan saja dalam otakmu dan jadikan pelajaran untuk memulai kembali suatu saat nanti."
Mendengarnya, aku menjitak keningnya pelan, "Aku tidak suka kau yang terlalu bijak seperti ini."
"Jadi biasanya kau suka padaku?" Kay mendengus dalam kekehannya.
"Don't even dream," balasku malas.
Kay menyesap tegukan terakhir di cangkirnya, "Setelah ini, ikut aku."
Aku menaikkan sebelah alisku, "Ke?"
Tanpa menjawab, ia menarikku keluar. Aku dipaksanya naik ke mobilku sendiri seolah-olah sedang diculik, dan ia naik ke bagian kemudi. Entah ke mana aku akan dibawa.
---
Author's POV
Zayn melihat dengan takut-takut ke bawah. Di depannya sudah ada sekolam besar air jernih yang bisa disebut kolam renang dengan tidak satupun orang berenang di dalamnya. Di sana sangat sepi karena sebenarnya, tempat ini sangat terpencil dan hanya digunakan untuk anggota. Ayah Kay adalah salah satu anggota di sini.
"L-lebih baik kita p-pulang sekarang...." Zayn mencoba mundur menjauh dari kolam renang tersebut, namun Kay menahan tubuhnya.
"Pikiranmu akan jernih sejernih air kolam ini, Zayn," ucapnya.
"Air kolam ini tidak sejernih itu karena sudah tercampur kaporit, bodoh," balas Zayn.
"Tetap! Berenang membantu," ujar Kay mencoba mempertahankan pendapatnya.
"T-tapi aku pho--"
Kay mematung melihat Zayn sudah tenggelam di depannya. Matanya sudah hampir berair, ingin menyelamatkan Zayn tetapi ia sendiri tidak bisa berenang.
Ia merasa tadi sebelum Zayn selesai mengucapkan kalimatnya, ada yang mendorong Kay dari belakang sehingga Zayn yang berada di depannya terdorong jatuh ke air. Sedangkan, Kay sendiri tahu bahwa Zayn tidak bisa berenang dan hanya menggodanya dengan mengajaknya ke kolam renang. Tujuan sebenarnya adalah untuk mengajak pria itu untuk pergi ke sebuah restoran yang terletak di dekat kolam itu.
Kay berjongkok di tepi kolam, berusaha menggapai Zayn yang tangannya muncul di permukaan air. Tanpa ia sadari, dua orang di balik tembok di dekat mereka sedang tertawa licik dan ber-toast ria karena rencana mereka berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Guy
FanfictionApakah bertemu dengannya adalah kebetulan? Atau takdir? Benarkah Kylie Schlamer bertemu dengan Zayn Malik karena kebetulan? Tetapi, apakah itu menutup kemungkinan bahwa mereka sebenarnya ditakdirkan? So, a coincidence or a destiny? Is there really...