Ariana's POV
Kau ingat saat aku berkata bahwa aku mempunyai seorang kakak yang berprofesi sebagai model di Amerika? Jika ya, itu bagus. Jika tidak, kau harus lebih teliti membaca setiap chapter dari fan fiction ini.
Berita baik! Kakakku akan pulang ke rumah. Ia sudah dua minggu berada di UK, tetapi ia baru bisa pulang hari ini. Sudah pasti aku merindukannya, dan aku juga aku ingin mewawancarainya. Aku bangga padanya, taukah kau siapa dia?
Barbara 'Palvin' Modden. Perempuan yang sekarang ini sedang dekat dengan Niall! Ya Tuhan, kalau mereka sampai menikah aku akan punya dua kakak yang hebat! Aku tidak tau bagaimana mereka bisa dekat, aku hanya melihat mereka berdua di fanbase-fanbase Twitter yang sering membagi foto-foto mereka.
Walaupun namanya sama dengan perempuan menyebalkan yang selalu mengganggu Kay di kampus dan sifatnya lumayan sama— sedikit bitchy, tetapi aku menyayanginya. Maaf, tetapi ia tinggal di kota seperti Amerika dan profesinya adalah model, wajar kalau perilakunya seperti itu. Dan juga ia orang yang mudah terpengaruh.
Saat ini, aku seorang diri menunggu kedatangannya di dalam rumah sambil memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang akan kuberikan padanya. Ayah dan ibuku pergi ke luar kota— lebih tepatnya provinsi, Paris karena mereka ingin membuka boutique dengan modelnya kakakku disana. Bangga? Pasti.
Tiba-tiba, pintu rumahku terbuka dan kulihat seorang gadis familiar yang membawa satu koper di tangannya, masuk ke dalam. Barbara. Tersungging senyuman di bibirku, ya ampun, ia cantik dan modis sekali! Lihat pakaian yang ia kenakan, kemeja tak berlengan berwarna biru muda dengan kerah berwarna putih, kakinya mengenakan white short-pant dengan boots hitam yang tidak terlalu tinggi. Tubuhnya yang indah membuatnya terlihat sempurna— untukku.
"Barbara!" sontak aku buru-buru menghampirinya dan memeluk tubuhnya. Aroma parfumnya yang kuat menusuk hidungku.
"Hey— siapa namamu, oh, ya, Ariana sayang. Tolong masukkan koperku yang ada di luar ke dalam. Oh ya ampun, rumah ini tidak berubah sama sekali. Menggelikan." ia buru-buru melepaskan pelukanku dan berjalan menjauh memperhatikan sekelilingnya dan menatap jijik seakan-akan rumah ini penuh kuman baginya. Ya ampun, dan aku malah disuruh mengambil koper-kopernya diluar?
Segitukah dunianya sekarang merubahnya menjadi seperti ini? Dimana kakakku yang penyayang dan baik seperti dulu?
"But, Barbara—"
"Please, disana ada baju-baju dan alat kosmetikku yang mahal, baru kubeli!" teriaknya dari ruangan yang sebenarnya adalah kamar lamanya dulu.
Aku menggelengkan kepada dan bergegas keluar. Ia kakakku dan memang sudah seharusnya aku sebagai adik membantunya.
Setelah bolak-balik 3 kali untuk membawa koper-kopernya, aku bergegas meluncur ke kamarnya, ingin mengajaknya ngobrol. "Barbara?"
"Hey, kenapa kau masuk tanpa mengetuk pintu?" tanyanya dengan aksen Amerika yang mencolok sekali.
Aku memasang senyuman, "tidak harus seformal itu, kan? Ini di rumah, Bee."
"What? Bee? Sepertinya aku tau panggilan itu." Barbara menepuk tempat tidurnya dua kali kemudian duduk diatasnya. "Kau boleh masuk, jika kau mau. Koperku dimana?"
Aku mengangguk dan berangsur mendekat ke arahnya, "ya, itu nama panggilan untukmu dariku dulu. Tidakkah kau mengingatnya, Bee?"
"Oh, benarkah? Hm, maksudku, ya. Aku ingat, haha. Apa yang mau kau lakukan lagi disini? Jika tidak ada, tolong siapkan air panas aku mau berendam." tanyanya dengan nada terputus. Ya ampun, menatapnya dari dekat membuatku bangga. Tapi perilakunya sangat berbeda sekali dengan empat tahun yang lalu saat ia pergi ke Amerika untuk mencari pekerjaan. Walaupun sikapnya tidak jahat, atau menyebalkan, tetapi ia terlihat angkuh. Kakakku angkuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Guy
FanfictionApakah bertemu dengannya adalah kebetulan? Atau takdir? Benarkah Kylie Schlamer bertemu dengan Zayn Malik karena kebetulan? Tetapi, apakah itu menutup kemungkinan bahwa mereka sebenarnya ditakdirkan? So, a coincidence or a destiny? Is there really...