Zayn's POV
Jonny Schlamer.
Kay segera menghampiri dan memeluk pria berumur 50-an tahun yang adalah ayahnya itu. Tidak berniat bangun dari tempat dudukku, tetapi aku tau itu agak tidak sopan. Pun aku menghampiri kedua insan yang sepertinya sudah lama tidak bertemu itu.
Merasakan keberadaanku yang mungkin cukup membuat Kay peka, ia menoleh dan mengangguk kepadaku. Sambil tersenyum ia berkata, "Yah, sebenarnya situasiku memang menjadi agak aneh akhir-akhir ini, tetapi, kenalkan. Ini Zayn."
Jonny memutar pandangan ke arahku, tersenyum, "Kau tau, Kay, mempunyai pasangan bukanlah hal yang aneh. Nice to meet you, Zane."
"It's Zayn."
"Sure, whatever you say, big guy."
"Aku... tidak punya hubungan dengan dia." Kay mengerutkan dahinya dan menatapku tidak suka. Aku mencibir.
"Tapi," lanjut Kay. "Kau mengenalinya? Yah, mungkin tidak. Aku seharusnya sudah tau kalau dia tidak seterkenal itu."
"Oh, mungkin ya. Mungkin sekilas melihat wajahnya beberapa kali," jawab Jonny. Ia memutuskan untuk duduk di tempat di ujung restoran ini.
Bukan hal yang aneh jika Jonny tidak mengingat ataupun mengenalku. Lagipula ini kali pertamaku bertemu dengannya. Ia sibuk, pasti, dan wajar ia tidak mengingat hal-hal kecil. Pria di depanku ini adalah pemilik hotel Schlamer yang sangat terkenal di seluruh dunia itu, dan anaknya adalah tawananku selama tiga bulan ke depan.
Setelah tiga puluh menit yang canggung, Jonny melihat jam tangan yang tersemat di tangan kirinya. "Sebenarnya aku ada pertemuan dengan klien, Kay. Pastikan kita bisa bertemu lagi dalam waktu dekat sebelum aku kembali ke Jerman, ya?"
"Tentu saja," senyum Kay. Terlihat di wajah Kay bahwa ia belum puas menghabiskan waktu dengan ayahnya.
"Kalian mau ke mana?" Jonny menatap Kay ketika bertanya jadi kubiarkan Kay menjawab.
"Zayn punya jadwal rekaman, aku akan menemaninya ke SYCO."
Tangan Jonny yang daritadi sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya berhenti dan menatap padaku dan Kay, "Benarkah? Aku akan bertemu Simon sehabis ini."
Oh, kebetulan sekali.
"Simon teman lamaku, dan beberapa waktu lalu ia menghubungiku untuk menyewa kamar hotel untuk artisnya yang mempunyai jadwal di Jerman," jelas Jonny. "Benar-benar kebetulan."
Yah, memang benar. Satu bulan lagi akan ada konser One Direction di Jerman. "Wah, suatu kehormatan bagi kami untuk menginap di Hotel Schlamer," kekehku, mataku meledek Kay.
"Jadi, kau dari One Direction?" tanya Jonny lagi, agak sumringah. "Wah, Kay, jika kau tadi berkata bahwa One Direction kurang terkenal, kau salah. Itu adalah band paling terkenal saat ini, iya kan? Bahkan ibumu mengidolakan salah satunya, Niall. Ya ampun, itu benar-benar memusingkan."
Mata Kay membesar, "bagaimana bisa?!"
"Kau kan anak tunggal, jadi aku dan ibumu hanya berdua selama kau di sini. Entah kenapa ia ingin mempunyai anak lagi yang bisa ia nyanyikan dan suapi, lalu ia menemukan Niall di tabloid dan melihat hobinya. Dan ia langsung suka begitu saja! Yah, memang aneh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Guy
FanfictionApakah bertemu dengannya adalah kebetulan? Atau takdir? Benarkah Kylie Schlamer bertemu dengan Zayn Malik karena kebetulan? Tetapi, apakah itu menutup kemungkinan bahwa mereka sebenarnya ditakdirkan? So, a coincidence or a destiny? Is there really...