34

4.6K 600 46
                                    

Kay's POV

"Jadi, apa kesibukkanmu selama ini?"

Aku mendongakkan kepalaku ketika tiba-tiba Zayn sudah duduk di depanku dengan mood tidak baik. Entahlah, aku tidak tau apa yang baru terjadi sehingga menghancurkan moodnya.

"Mengurus ini dan itu untuk mempersiapkan... sesuatu." jawabku mencoba menatap mata Zayn yang dari tadi menolak untuk menatapku. Matanya selalu menghidariku dan ia menggigit bibir bawahnya— itu tampak seperti... menahan tangis?

Duh, bodoh. Apa yang bisa menyebabkan seorang Zayn Malik yang keras kepala ini menangis?

"Sesuatu apa? Penting?" tanyanya cepat, tanpa menatapku sama sekali. Bisa kurasakan aura yang berbeda dari Zayn yang biasanya, seperti aura... panas?

"L-lumayan."

Mendengar jawabanku, Zayn menggeram kecil.

Ia kenapa sih?

Aku tidak tau apakah pernikahanku dengan orang yang tidak ingin kunikahi adalah penting atau tidak penting, makanya kujawab lumayan. Salah?

Ingin rasanya aku memegang kedua pipinya dengan telapak tanganku, menatap mata coklatnya dan menanyakan keadaannya yang sebenarnya. Duh.

"Menurutmu, pernikahan itu hanya lumayan penting? Kau it— ahhh!" Zayn tidak melanjutkan kalimatnya tetapi malah menangkupkan wajahnya disela-sela kedua tangannya sehingga wajahnya tidak kelihatan sekarang. Sungguh, aku bingung apa yang membuatnya seaneh ini.

Dan tadi, ia menyebut 'pernikahan itu hanya lumayan penting?' maksudnya apa? Tidak mungkin kan kalau ia tau tentang perjodohan gila ayahku antara aku dan Raine? Bahkan, kami hanya baru mencetak undangannya kemarin dan itu hanya disimpan oleh ayahku dan ayah Raine. Tidak ada yang lain.

Jadi, Zayn kenapa sih?!

Aku mengigit bibir bawahku sebelum memutuskan untuk menyentuh Zayn yang masih menangkupkan wajah pada tangannya itu. Bahkan, aku berpikir apa yang akan dilakukan Zayn jika aku menyentuhnya. Apakah ia akan marah lalu menggebrak meja dan mempermalukanku, atau ia hanya akan mendongak berkata bahwa ia baik-baik saja dan kembali menjadi Zayn seperti semula? Zayn yang menyebalkan— tetapi tidak aneh seperti ini.

Aku menghela nafas lalu menyentuh rambutnya pelan. Yang ia lakukan adalah tidak ada— belum ada.

Tanganku kumainkan di atas rambut kebanggaannya dan ia masih belum merespon apapun. Tidak ada suara apapun darinya, baik isakan maupun helaan nafas.

Apa jangan-jangan ia mati?!

Bodoh.

Mencoba lagi, kujambak keras rambut Zayn dan barulah sekarang ia menoleh dan langsung menepis tanganku keras dan menyakitkan. Zayn. Yang. Kasar. Adalah. Bukan. Zayn. Yang. Asli.

"Kau— ahh!" geramnya menatap mataku tajam sebelum ia kembali masuk  dalam tangannya. "Kenapa di saat aku sudah bulat akan perasaanku, malah terjadi kejadian seperti ini?"

Aku menatapnya nanar sambil mencoba mencerna apa maksud perkataannya barusan. Dan hasilnya, aku tidak mengerti. 'Kenapa di saat aku sudah bulat akan perasaanku, malah terjadi kejadian seperti ini?'

"Apa maksudmu?"

Zayn bangkit menggebrak meja dan menatap mataku tajam sehingga sekarang perhatian tertuju pada kami. Ia mengambil satu barang dari dalam jaketnya dan melemparkannya ke meja tepat di depanku sehingga membuatku kaget. Tetapi, membaca tulisan yang tertera disana membuatku tambah tambah tambah kaget dan terkejut— bagaimana bisa ia mendapat ini?!

Annoying GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang