11. Bermalam di Jakarta (I)

22.3K 2K 23
                                    

SELAMA perjalanan menuju rumahnya, Gisha tidak bisa berhenti tersenyum. Pertama, Maminya baik-baik saja. Sungguh, Gisha benar-benar merasa tenang dan bahagia karena hal itu. Kedua, Angkasa kembali berada dalam gentleman-modenya. Sekali lihat saja, orang-orang pasti akan langsung tahu kalau seseorang seperti Angkasa tidak akan mau mengorbankan nilainya untuk apapun. Apalagi dalam hal ini, Angkasa mengorbankan nilainya untuk Gisha. Iya, Gisha. Walaupun dia memang bisa ulangan susulan, kesannya beda saja kalau menurut Gisha. Ketiga, dia akan bertemu Kaila! Betul sekali, Kaila yang sahabatnya itu. Dan lagi, ini di Jakarta. Perempuan itu jadi merasa "menang" entah kenapa. Saat ini dia yang menjadi tuan rumah, jadi dia yakin Angkasa tidak akan bertingkah semenyebalkan biasanya.

"Mana, sih?" tanya Angkasa tidak sabar sambil mengedarkan pandangannya pada deretan rumah di samping kanan kirinya.

"Itu, di depan, dikit lagi." Jawab Gisha sambil mengetik sesuatu di ponselnya.

Gishara Aluna: Kai, buruan keluar. Gue udah di depan.

Kaila Cendana: Siap, bos.

"Stop, stop. Nyampe, nih." Gisha menepuk pundak Angkasa tidak sabar. Membuat lelaki itu mendengus. Tetapi dia tetap menepikan mobilnya di depan sebuah pagar rumah bercat putih tulang.

Gisha segera turun dari mobil begitu seorang perempuan sebayanya berjalan ke arah mereka.

"Kaaaai!" Gisha memeluk Kaila erat. Yang dipeluk malah tergelak sambil menepuk punggung Gisha beberapa kali, "Ayo, ayo, buruan. Entar sopir gue ngambek." Lanjutnya seraya tertawa.

Gisha kembali masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Angkasa sementara Kaila duduk di belakang. Perempuan itu menatap sahabatnya senang. Dia benar-benar sangat merindukan Kaila, sungguh.

"Sa, ini Kaila. Sahabat gue. Kayak lo sama Dewa gitu, deh. Kai, ini Angkasa." Ucap Gisha mengenalkan kedua temannya itu.

Kaila dan Angkasa bersalaman sebelum Angkasa kembali menyalakan mesin mobilnya dan keluar dari perumahan itu.

Entah karena canggung atau apa, mereka bertiga tidak mengatakan apa-apa. Sampai ponsel Gisha tiba-tiba berbunyi.

Kaila Cendana: DIA YANG NGAJAK LO NONTON WAKTU ITU?

Kaila Cendana: DEMI APA LO

Kaila Cendana: SIAL GUE MAU SATU AJA

Gisha tertawa sendiri dibuatnya, setelah melirik Kaila sekilas, perempuan itu kembali melihat ponselnya dan mengetik di layarnya.

Gishara Aluna: calm down, kai

Gishara Aluna: bukan dia, elah

Gishara Aluna: cowok cuek dingin model dia mah mana mau ngajak cewek nonton

Gishara Aluna: si dewa, yang gue sebut tadi

Gishara Aluna: sohibnya

Kaila Cendana: ya ampun emak lo ngidam apaan sih kenapa anaknya hoki bener

Kaila Cendana: cowok cakep kan biasanya temenan ama yang cakep juga

Kaila Cendana: buat gue satu napa gi:(

Kaila Cendana: tapi bentar

Kaila Cendana: kalau dia angkasa, berarti dia yang anaknya om krisna itu, dong?

Kaila Cendana: LO SERUMAH SAMA DIA DEMI APA GISHARA

Gisha mau tak mau tertawa juga. Dia jadi seperti orang gila tertawa sendiri di dalam mobil yang sepi.

Senandung di Kota BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang