38. Libur Telah Tiba, Hore!

18K 1.6K 58
                                    

SEMENTARA Gisha sibuk dengan ponselnya, Bintang saat ini tengah melukis di atas buku sketsa di tangannya menggunakan puluhan pensil warna yang saat ini sudah berserakan di lantai kamarnya. Gisha merangkak ke ujung lain kasur dan melihat gambar buatan Bintang.

            Anak itu membuat sketsa wajah. Terlihat sangat nyata. Dan sangat bagus. Sekali lihat saja, Gisha tahu siapa yang sedang Bintang gambar itu.

            Gisha tengkurap di atas ranjang sambil memerhatikan Bintang yang sedang sangat serius mewarnai bagian rambutnya yang berwarna pirang. "Bintang suka Thomas Sangster?" tanya Gisha.

            Bintang menoleh pada Gisha sekilas sebelum melanjutkan proses menggambarnya dan mengangguk. "Banget. Imut banget abisnya. Kayaknya, sama aku juga masih cocok mukanya."

            Gisha tertawa dan mengangguk setuju. "Tapi, aku baru tau dia pas nonton The Maze Runner."

            "Hehe, iya, Kak. Dia emang terkenalnya abis main itu." Kata Bintang.

            "Gambarnya bagus banget. Nanti kuliah pasti cocok jadi anak design, atau seni." Komentar Gisha.

            Bintang terkekeh. "Masih lama, ah. Baru juga masuk SMP, kak."

            "Ini jago parah, serius. Anak SMP udah bisa bikin gambar realis kayak gitu." Gisha menatap gambar di tangan Bintang dengan kagum.

            "Bintang kan nggak sepinter Kak Langit sama Asa, makanya harus ada yang bisa dijagoin." Jawabnya.

            Gisha menepuk kepala Bintang pelan. "Iya, bagus." Katanya seraya kembali fokus mencari sesuatu menggunakan ponselnya.

            Bintang yang menyadari keseriusan Gisha memandang ponsel menghentikan proses menggambarnya. "Kak Gisha lagi nyari apa?"

            "Eh?" Gisha mengerjap lalu tersenyum kecil. "Tempat yang bagus buat main di Bandung. Besok kan kelas XII udah libur, jadi aku pengen ngajak Angkasa main. Bintang juga ikut aja, pasti seru." Perempuan itu lalu tertawa jahil. "Soalnya, Angkasa kalah taruhan. Dia harus nurut sama aku selama lima hari." Lanjutnya.

            Bintang mengerjap antusias. "Oh, ya? Kalau gitu, kerjain aja, Kak."

            "Emang mau!" Gisha mengangguk setuju.

            "Kita ke TSB aja, yuk, Kak?" tawar Bintang langsung.

            "TSB?"

            "Trans Studio Bandung, Kak."

            Ah, benar. Kenapa Gisha tidak terpikirkan tempat bermain itu, ya?

            "Boleh boleh." Gisha mengangguk setuju.

            "Suruh Asa aja yang bayar, Kak." Bintang tertawa jahil.

            "Eh? Nggak enak, ah." Gisha menggelengkan kepalanya.

            "Loh? Nggak apa-apa dong, Kak. Kan dia kalah taruhan. Lagian, dia uangnya banyak banget. Anaknya pelit."

            "Gitu?"

            "Iya. Makanya, kita harus ambil kesempatan dalam kesempitan."

            Gisha tertawa seraya mengangguk beberapa kali. "Iya, deh."


***


Melihat Angkasa tidak menolak ketika disuruh untuk melakukan ini dan itu benar-benar membuat Gisha merasa sangat puas dan senang. Lucu sekali ketika lelaki keras kepala itu langsung berdiri saat Gisha bilang dirinya haus. Kapan lagi menjahili Angkasa seperti ini, kan?

Senandung di Kota BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang