ANGKASA beberapa kali mondar-mandir di dalam kamarnya. Dia ingin keluar tapi dia tidak mau bertemu Gisha. Bukan apa-apa, tapi akhir-akhir ini dia selalu merasakan gejala-gejala aneh jika Gisha berada di dekatnya. Seperti jantungnya yang tiba-tiba tak terkontrol atau matanya yang entah kenapa tidak sanggup menatap mata perempuan bodoh itu.
Yang benar saja.
Dia tidak mungkin menyukai Gisha, kan?
Dia tidak akan menyukai perempuan secepat ini. Dia juga tidak akan menyukai perempuan yang sama sekali bukan tipenya.
Tapi, jika memang, ini hanya jika. Jika memang, sekali lagi, hanya jika. Jika dia memang menyukai Gisha pun, dia pasti akan memendam perasaan itu dalam-dalam agar suatu hari bisa menghilang begitu saja.
Angkasa benar-benar tidak mau jatuh cinta lagi. Setidaknya, untuk saat ini. Dia benar-benar harus menyembuhkan hatinya agar kembali seperti semula terlebih dahulu.
Rasa sakit yang disebabkan oleh Mauren ternyata terlalu besar sehingga membutuhkan waktu yang cukup -atau sangat- lama untuk mengobatinya.
Jadi, intinya, Angkasa tidak boleh menyukai Gisha.
Lelaki itu membuka pintu kamarnya dan dia berteriak ketika ternyata di saat yang sama, Gisha, dengan piyama tidurnya, sambil menguap lebar-lebar, juga keluar dari kamar miliknya.
Mendengar dia berteriak, Gisha mengerjap dan memandang sekeliling. "Apa? Kenapa? Ada apaan?" tanyanya.
Astaga.
Kenapa Angkasa berteriak, sih?
Bukannya menjawab kekagetan Gisha, Angkasa malah meninggalkannya dan langsung menuruni tangga dengan gerakan cepat.
Dia menuju dapur dan mengambil sebotol air mineral untuk dia minum. Dan air satu liter itu habis dalam sekali tenggak. Luar biasa.
"Diga."
"Hah? Iya, apa? Kenapa?" Angkasa terperanjat ketika Mamanya entah sejak kapan sudah berdiri di sana. Atau memang sedari tadi sudah di sana?
"Ajakin Goldi main, sana. Udah lama dia nggak jalan-jalan keluar." Katanya sambil menuangkan teh pada dua cangkir porselen kecil di hadapannya.
Setiap akhir pekan seperti ini, Mamanya memang hanya akan minum teh dan mengobrol seharian bersama Papanya. Kalau Bintang pulang, biasanya mereka akan pergi jalan-jalan dan Angkasa dipaksa ikut walaupun sering kali menolak.
"Hmm." Jawab Angkasa sambil berjalan meninggalkan Mamanya menuju kamar mandi.
Lelaki itu mencuci muka dan menggosok giginya terlebih dahulu sebelum keluar dan memasang tali di leher Goldi. Dia menarik si golden retriever cokelat gemuk milik keluarganya itu dan membawanya jalan-jalan di sekitar kompleks. Biasanya, perjalanan mereka akan terhenti di sebuah taman di ujung kompleks yang akan ramai setiap akhir pekan. Karena akan ada banyak penjual jajanan unik di sana, dan biasanya banyak anak-anak kecil yang tertarik mencoba. Selain itu, di sana juga ada permainan anak kecil seperti ayunan dan sebuah kolam air mancur bertingkat yang menenangkan dengan banyak teratai merah mengapung di permukaannya. Membuatnya cocok untuk didatangi oleh semua kalangan.
Biasanya, Angkasa akan duduk di salah satu bangku di bawah pohon sambil memerhatikan Goldi yang akan berlarian dengan senang.
Dan sepertinya, hari ini juga akan begitu.
***
Tidak seperti biasanya, saat ini, untuk pertama kalinya, Gisha mandi di akhir pekan. Perempuan itu berjalan menuju sofa dengan wajah segar di pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung di Kota Bandung
Teen FictionPEMBERITAHUAN: Cerita ini sedang di republish dan dalam upaya penulisan sekuel. [Seri Kota Kenangan: 1] Karena tidak lulus SMA, Gishara Aluna yang nakalnya keterlaluan dikirim Papinya untuk kembali mengulang satu tahun SMAnya, di Bandung. Di rumah k...