46. Akhir Penantian

17.6K 1.7K 124
                                    

JARI-JARI ramping milik seorang perempuan berambut panjang yang tengah duduk di sofa kamarnya itu mengeluarkan tetesan keringat dingin ketika dia menekan tombol kirim di ponselnya. Akhirnya, setelah enam jam penuh memikirkan apa yang harus ia lakukan, ia memberanikan diri. Walaupun perempuan itu sudah tahu betul akan seperti apa pertemuan nanti, setidaknya, dia tetap mencoba. Dan hal itu mungkin akan membuat dia bisa kembali bernafas lega. Mungkin, dengan jujur akan perasaannya pada lelaki itu, dia bisa kembali melangkah maju nantinya meskipun yang akan ia dapatkan jelas tidak seperti apa yang ia inginkan. Meskipun satu-satunya hal yang akan ia terima adalah penolakan. Tidak masalah. Toh, mau dia mengutarakan isi hatinya sekarang atau sepuluh tahun lagi pun, mungkin hasilnya tidak akan berbeda kecuali jika ada keajaiban. Dan, ya, dia bukan tipe orang yang percaya akan keajaiban. Semua hal harus diusahakan agar bisa didapatkan. Keajaiban itu tidak ada. Dan, selama ini, rasanya segala usaha telah ia lakukan. Dan, sepertinya semua sia-sia. Jadi, hasilnya pasti akan sama saja.

            Glory melompat dari posisi duduknya ketika ponselnya bergetar. Dengan tangan yang mulai bergetar, ia membuka notifikasi masuk tersebut dan hatinya mencelos.


Glory Thalia

Angkasa, ada yang mau gue omongin.

Bisa ketemu?


Angkasa Dirgantara

Kapan?


            Iya, hanya karena satu kata dari Angkasa tersebut, Glory sampai sesenang itu. Walaupun pertemuan mereka nanti mungkin akan menjadi yang pertama sekaligus yang terakhir, Glory tetap senang. Amat sangat.


Glory Thalia

Malem ini? Bisa?


Angkasa Dirgantara

Di mana?


Glory Thalia

Gimana kalau di sbux yang nggak jauh dari sekolah?


Angkasa Dirgantara

Ok


            Glory langsung berteriak senang seraya berlari menuju lemari bajunya untuk mencari salah satu pakaian terbaiknya. Intinya, Glory senang. Meskipun pertemuannya dengan lelaki yang selama dua tahun ini mengisi hatinya itu bukan lah pertemuan manis yang biasa dilakukan oleh muda-mudi yang tengah dimabuk asmara, dia tetap tak bisa menyembunyikan rasa geli di perutnya. Seolah ada ribuan kupu-kupu tengah menari-nari di sana.

            Glory Thalia adalah perempuan yang sangat cantik. Dengan Ibu asli orang Jawa dan Ayah asli orang Jerman, perempuan itu memiliki wajah blasteran. Bahkan beberapa orang sering menyebutnya mirip dengan salah satu aktris multitalenta Indonesia, Cinta Laura, yang juga blasteran Indonesia—Jerman. Seharusnya, Glory bisa mendapatkan lelaki mana pun yang ia mau hanya dengan mengedipkan sebelah mata. Ya, awalnya juga memang selalu seperti itu. Sampai dia melihat Angkasa, untuk pertama kalinya. Dan dia langsung merasa terpesona. Lalu, keterpesonaan itu lama kelamaan berubah menjadi rasa suka, rasa suka yang lama-lama menjadi lebih dari sekedar suka.

            Perasaan yang membuat sudut bibirnya otomatis terangkat sempurna setiap kali dia melihat Angkasa lewat.

            Perasaan yang membuat dia jadi semangat untuk berangkat ke sekolah setiap harinya karena ia tahu, ada Angkasa di sana.

            Perasaan yang membuatnya merasa hangat ketika dia melihat Angkasa yang dingin itu dibuat tertawa oleh teman-temannya.

            Perasaan yang membuatnya seolah dijatuhkan dari langit ke tujuh ke pusat bumi tanpa ampun ketika dia tahu Angkasa ternyata menyukai perempuan lain.

Senandung di Kota BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang