Raina membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Setelah berhasil menguasai dirinya, Raina bangkit lalu pandangannya menelusuri sekitar.
Kok gue bisa ada di kamar? Seinget gue, gue semalem di ruang keluarga, kecuali kalau... sialan.
Raina langsung berdiri, berniat untuk keluar kamar tapi secarik kertas yang ada di nakas sebelah tempat tidurnya menarik perhatian Raina.
Sorry gue lancang gendong lo. Abis lo pules banget tidurnya terus lucu kaya anak kecil. Obatnya udah gue minum dan gue langsung pulang gaenak sama mama lo. Thanks ya Ra<3
-Rafa:)
Sontak seulas senyum terukir di bibir Raina. Rafa sukses membuat Raina jadi gila entah untuk keberapa kalinya.
Hanya dengan hal biasa, Rafa mampu membuat Raina terbang, membuat perut Raina geli seperti ada kupu kupu yang berterbangan di perut Raina.
Alay banget sih pake emot love. Tapi bisa bikin ngefly gitu ya.. bingung gue.
"Ra? Bangun..." Suara Lena terdengar dari luar kamar Raina. Raina langsung menyimpan kertas tadi di tempat yang kemungkinan aman.
Kertas ini harus disimpan sebagai harta berharga. Jarang-jarang Rafa nulis langsung dan pake emot love. Jadi ini sangat berharga.
"Iya ma ini udah bangun."
"Udah solat?"
"Eh iya.. ini mau solat abis itu mandi." Raina pun buru buru masuk kamar mandi, mengambil air wudhu lalu menunaikan ibadah solat shubuh.
•••
Rafa berjalan dengan santai menuju gerbang sekolah, masuk dengan mudah tanpa memperdulikan satpam yang ada disana.
Koridor nampak sedikit ramai, tapi ini masih sebagian kecil. Sebagian besar pastai ramai di kantin kalau tidak di lapangan.
Cowo berperawakan jangkung itu masih berjalan dengan santai. Tasnya hanya disampirkan di bahu kanannya. Berjalan terus tanpa memperdulikan tatapan memuja sekaligus heran murid murid yang ada di setiap koridor yang ia lewati.
Tujuannya hanya satu. Rafa harus bertemu dengan keempat temannya yang lain. Rafa tebak mereka pasti sedang berada di kantin.
Rafa mempercepat langkahnya. Saat sampai di kantin matanya menelusuri setiap jengkal kantin sekolahannya, mencari sosok keempat temannya.
Akhirnya ketemu. Mereka ada di pojok kantin jadi agak sulit menemukan mereka karena terpencil, terlebih karena kantin sedang ramai.
Rafa berjalan menghampiri meja keempat temannya. Tak sedikit perkataan murid yang ada di kantin terdengar di telinga Rafa, tapi Rafa tidak memperdulikan semua omongan itu.
Setelh sampai, Rafa langsung duduk disalah satu kursi yang masih kosong!dengan wajah datar dan mata tajam yang mengintimidasi itu.
"Ebuset! Gue kira lo ga sekolah." Seru Bryan kaget karena Rafa yang tiba tiba muncul.
"Enak banget ye dateng langsung makan beuh mantap jiwa ye bos." Sindir Geo.
Ya, Rafa baru saja datang ke sekolah tepat saat jam istirahat dan tetap terlihat santai. Itu yang menyebabkan tatapan heran murid murid tadi.
"Kok lo bisa sih dateng jam segini?" Tanya Raina bingung.
"Tau, mendingan gausah masuk sekalian dah." Tambah Naraya.
"Iyaa lagian emang lo udah sehat?" Lanjut Raina lagi.
"Udah. Lagian gue bisa dateng kapanpun semau gue." Jawab Rafa enteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Closer ✔️
Teen Fiction[COMPLETED] Bagaimana jika kamu benci terhadap satu cowo yang dingin dan menurut kamu sangat menyebalkan, tapi ternyata hanya kamu yang bisa melelehkan es di dirinya? Dari benci kemudian berteman dan mungkin jatuh cinta? Ini cerita tentang Raina dan...