Masih menjadi tanda tanya di benak Raina kenapa Rafa yang jaraknya dekat dengan Raina malah tidak berbuat apa-apa saat Raina pingsan dan kenapa Bryan tiba-tiba berubah jadi–agak—manis kepada Raina.
Apaan si Rafa gaada rasa kemanusiaan kali ya?! Harusnya dia bisa nolongin gue, jelas jelas dia lebih deket posisinya.
itu lah kata-kata yang berulang kali Raina ucapkan dalam hati. Dan karena itu Raina makin memantapkan diri benci dengan seorang bernama Rafa. Terdengar berlebihan tapi ya memang itu kenyataannya.
Tapi ada rasa aneh juga kenapa ia jadi ingin sekali Rafa menolongnya?
"Ra, pulang kerumah gue lagi?" Tanya Naraya membuyarkan lamunan Raina. Sekarang mereka berdua sedang berjalan ke gerbang sekolah karena sudah waktunya pulang.
"Ngga Na, tadi mama bilang gue di jemput." Jawab Raina disusul senyum senang. Jarang-jarang Raina di jemput, biasanya dia cuma diantar sekolah itu pun juga jarang. Raina lebih sering berangkat atau pulang bersama Naraya.
"Ohh gitu, mau gue tungguin sampe lo di jemput?" Tawar Naraya.
Raina geleng-geleng kepala sambil tersenyum nanis. "Gausah Na lo pulang aja, gue sebentar lagi di jemput kok."
"Bener nih? Gamau gue tungguin? Yaudah lo mah emang jahat." Ujar Naraya dengan raut wajah yang di buat seserius mungkin.
"Ehhhh bukan gitu Na, gue tuh—"
"Hahaha gue bercanda Ra, yaudah lo hati-hati ya, gue duluan." Naraya tersenyum sebelum kemudian berlalu pergi menuju mobilnya.
"Bye Na, hati-hati!" Kata Raina setengah berteriak.
"Bye bye!" Balas Naraya sebelum masuk kedalam mobilnya dan tidak lama mobilnya pun hilang dari pandangan Raina.
Tinggal lah Raina sendiri. Raina kemudian mengecek ponselnya, mencari tau apa ada pesan dari mamanya atau tidak.
Tapi nyatanya tidak ada. Padahal kata mamanya, mamanya akan mengabari Raina jika sudah dekat sekolah tapi itu sudah lewat hampir setengah jam yang lalu.
"Mama abis pulsa kali ya?" Gumam Raina. Mungkin menelfon mamanya itu ide yang bagus. Sejurus kemudian ia pun menelfon mamanya.
Sialnya ga diangkat.
Raina mengulang kembali telfonnya. Tapi hasilnya masih sama, tidak terjawab. Mau sampai kapan Raina menunggu disini?
Sekolah sudah mulai sepi, Raina takut. Seharusnya tadi minta temenin Naraya aja.
"Ra? Lo belum balik?" Satu suara yang familiar memenuhi telinga Raina. Itu suara Bryan.
"Kalo gue udah balik gaakan ada disini oon." Balas Raina sewot tanpa mau menatap Bryan.
"Sabtai aja kali ngomongnya." Keluh Bryan.
"Kenapa?" Tanya Raina to the point. Raina yakin pasti Bryan mau modusin dia lagi. Demi apapun Raina masih lemas karena pingsan tadi dan sekarang ia harus di hadapkan dengan masalah lagi.
"Pulang sama gue ayo." Bryan senyum tulus, bukan modus.
"Gamau." Tolak Raina cepat.
"Lo mau nunggu sampe kapan? Sampe sekolah gelap semua? Semua anak udah balik."
Raina memandangi sekitar, benar sekolah sudah sepi. Raina gamau sendiri, mamanya juga gaada kabar dari tadi. Jadi mau ga mau ya dia harus pulang bareng Bryan.
"Jadi? Yaudah kalo lo tetep gamau, gue balik sekarang. Biarin lo tinggal sendiri di temenin hantu sekolah." Kata Bryan santai.
"BRYAANN! Iya iya gue balik bareng lo! Puas?!" Teriak Raina frustasi. Bisa-bisanya Bryan menakut nakuti Raina.
![](https://img.wattpad.com/cover/83462621-288-k735623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Closer ✔️
Novela Juvenil[COMPLETED] Bagaimana jika kamu benci terhadap satu cowo yang dingin dan menurut kamu sangat menyebalkan, tapi ternyata hanya kamu yang bisa melelehkan es di dirinya? Dari benci kemudian berteman dan mungkin jatuh cinta? Ini cerita tentang Raina dan...