Raina menghela nafas frustasi. Berulang kali ia menyalakan ponselnya, melihat dari lockscreen apakah ada notif tapi berulang kali pula jawabannya tetap sama yaitu tidak.
Ia mengharapkan pesan balasan dari orang yang ditunggunya sejak semalam. Entahlah dia benar benar tidak memegang ponselnya atau sengaja mengabaikan Raina.
Raina L
Raf, basket lagi ya?
Semangat!
Gue yakin lo pasti menang
Inget kata2 gue yaa
jangan sombong kalo menangItulah pesan yang belum lama Raina kirim. Ralat, sudah lama Raina kirim. Pesan itu Raina kirim sekitar pukul tujuh dan sekarang sudah pukul sepuluh.
"Ra, lo ga makan?" Suara Naraya mengintrupsi. Naraya duduk dihadapan Raina bersama satu nampan yang di atasnya terdapat semangkuk bubur ayam beserta minumnya.
Raina geleng geleng kepala. Raina tidak nafsu makan, bahkan semalam ia hanya tidur selama dua jam. Semua karena ia kepikiran dengan kejadian kemarin. "Udah kenyang."
Naraya mengangkat kedua bahunya. "Yaudah."
Raina mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Raina pusing. Mengapa semuanya jadi seperti ini?
Apa Rafa marah karena ia melihat Rey dan Raina berpelukan? Tapi kan itu salah Rey. Rey yang membawa Raina kepelukannya tanpa Raina mau.
Raina harus menjelaskan ini kepada Rafa. Tapi tunggu, untuk apa Raina menjelaskan? Memangnya mereka ada hubungan apa? Raina bukanlah siapa siapa Rafa.
Lah masa iya gue jelasin kan weird. Kalo ga di jelasin nanti gimana? Lagian Rafa kenapa sih?! Sebel deh gue!
"Lo kenapa deh Ra?" Naraya mengernyit.
Raina balik menatap Naraya dengan tatapan bingung. "Kenapa apanya?"
"Kaya orang frustasi."
Raina mencebik. "Asal aja lo kalo ngomong!"
Naraya mengangkat kedua bahunya. "Just saying."
"Udah deh abisin aja makanan lo gausah ngurusin gue. Gue baik baik aja." Ujar Raina disertai senyum manis—yang pura pura tentunya.
Bagaimana bisa ia baik baik saja sementara aslinya hidup Raina tengah rumit. Ada dua laki laki di kehidupannya, yang keduanya membuat Raina pusing.
Yang satu datang tiba-tiba dan kemarin berkata jika ia sayang pada Raina. Sementara yang satu lagi, tiba-tiba berubah.
Ponsel Raina menyala, membuat Raina refleks langsung meraihnya dengan semangat. Namun seketika ia merasa lemas dan kecewa. Bukan orang yang ia tunggu ternyata, melainkan orang lain yang juga ada disana kemarin.
Reynand
Ra?Ya, itu Rey. Rey mengiriminya pesan lewat LINE yang Raina bingung Rey dapat dari mana id LINE miliknya.
Raina meringis. Sial, jika begini dia harus bagaimana? Okay Raina memilih untuk mengabaikan pesan dari Rey.
"Wah kenyang," suara Naraya terdengar tiba tiba. "Lo beneran gamau makan nih?"
Raina mengangguk. "Iya Nara ku yang cantik tapi boong."
"Lah emang cantik," Naraya mencibir lalu ia bangkit berdiri. "Ayo lo mau disini terus apa ke kelas?"
"Kelas, yuk." Jawab Raina sembari bangkit berdiri lalu keduanya berjalan keluar kantin menuju kelas mereka.
•••
Rafa mematikan ponselnya kembali. Dirinya bingung apakah harus menjawab atau justru mengabaikan. Sampai akhirnya Rafa pun memilih opsi nomor dua.
Sebenarnya jika Rafa sperti ini pun tidak ada gunanya. Untuk apa Rafa bersikap seperti seorang pacar yang marah karena pacarnya berpelukan dengan orang lain sementara dalam realita ia bukan siapa siapanya Raina?
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Closer ✔️
Teen Fiction[COMPLETED] Bagaimana jika kamu benci terhadap satu cowo yang dingin dan menurut kamu sangat menyebalkan, tapi ternyata hanya kamu yang bisa melelehkan es di dirinya? Dari benci kemudian berteman dan mungkin jatuh cinta? Ini cerita tentang Raina dan...