Raina melangkah menuruni anak tangga dengan malas. Rasanya berat sekali untuk berangkat ke sekolah. Raina yakin pasti akan terjadi tekanan batin lagi untuknya. Memikirkan itu Raina memutar bola mata malas.
"Kenapa sih dek, pagi-pagi mukanya udah kaya gitu?" Ujar Lena sembari duduk di kursi meja makan.
Raina menyusul duduk di hadapan mamanya. "Gapapa."
"PMS ya kamu?"
"Mungkin." Jawab Raina malas lalu tangannya meraih roti di hadapannya lalu melahapnya.
"Ra, kamu belum jawab pertanyaan mama semalem loh." Lena lantas menyeruput teh manis hangatnya.
Raina mengernyit. "Pertanyaan yang mana? Mama semalem ngasih aku pertanyaan kan berderet udah kaya antrian orang yang ngejar diskonan."
Lena menghela nafas lelah. "Kamu dari mana? Kenapa pesan mama ga di bales, telfon mama ga diangkat? Terus kamu pulang sama siapa?"
Raina seketika gugup ketika mendengar pertanyaan terakhir. Raina juga bingung harus menjawab apa. Ia lantas memutar otak mencari alasan yang logis.
Baru Raina ingin membuka mulut, tetapi lagi lagi niatnya ia urungkan sebab ia mendengar ponselnya bunyi.
Beruntung banget gue.
Raina meraih ponselnya dari saku rok lantas membukanya. Disana tertera dengan jelas pesan masuk dari Rey lewat LINE.
Reynand
Ra, aku udah di depan rumah kamuRaina L
Hah??!!
Lo ngapain?!Reynand
Jemput kamu?Raina L
Kenapa lo ga bilang?Reynand
Kalo aku bilang, aku yakin kamu pasti gamau dan nyari cara buat kabur dari akuAduh mati gue.
"Permisi!" Tiba-tiba terdengar suara cowo yang Raina tau siapa. Jantung Raina mendadak bekerja di luar batas.
"Iya seben—" Lena ingin bangkit namun tertahan karena Raina seketika berdiri tegak sembari menggebrak meja makan.
"Eh ga sengaja. Biar aku aja ma." Raina lantas maraih tasnya dengan kasar lalu berlari kecil menuju pintu utama.
Yang pertama Raina lihat ketika membuka pintu adalah wajah Rey yang tengah tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang tersusun rapih. "Hai!"
"Lo ngapain pake masuk segala sih?!"
"Ya gapapa."
"Gapapa pala lo, udah gila ya lo?!" Raina nampak emosi.
"Santai kenapa sih Ra, kemarin kamu santai sekarang kenapa sewot banget sih?"
"Bodo amat suka-suka gue." Balas Raina lebih sewot.
"Siapa Ra? Raf— eh" Lena mengernyit bingung menatap sosok anak laki-laki yang nampak seumuran dengan Raina dan dari seragamnya pun sama, namun ia belum kenal dengannya.
"Hai tan, masih inget aku?" Rey melangkah mendekat lalu menyalimi tangan Lena.
"Siapa ya? Tante lupa tuh."
Raina yang melihat itu hanya mampu meringis.
Tamat hidup gue.
"Rey tan, yang dulu sering main sama Raina." Rey menjelaskan dengan senyum ramah.
Lena menerawang, mengingat-ngingat apakah dulu ada teman Raina yang bernama Rey. "Oh Rey, eh apa kabar kamu? Balik ke Indonesia lagi?"
"Iya tan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Closer ✔️
Teen Fiction[COMPLETED] Bagaimana jika kamu benci terhadap satu cowo yang dingin dan menurut kamu sangat menyebalkan, tapi ternyata hanya kamu yang bisa melelehkan es di dirinya? Dari benci kemudian berteman dan mungkin jatuh cinta? Ini cerita tentang Raina dan...