22. Salah satu rahasia

80.2K 3.9K 39
                                    

"ASTAGFIRULLAH." Teriak Raina.

"Kenapa?" Tanya Rafa panik.

"Aduh, kita ketinggalan pelajaran BK, Raf. Gue gamau masuk ruang BK cuma gara-gara ga ikut pelajaran. Ruang BK kan serem gue ga—"

"Udah santai aja, ada gue." Ujar Rafa memutus omongan Raina.

"Santai gimana?! Gue kan niatnya disini cuma bentar terus ke kelas malah jadi keterusan kan." Gerutu Raina.

"Itu sih gara gara lonya aja yang masih mau lama lama sama gue." Ujar Rafa santai, sukses membuat Raina melotot.

"Bacot ih! Gara gara lo nih! Dari tadi ngajak gue ngobrol, mending ngobrolnya ada topiknya, ini malah ngebahas es krim dan harganya yang naik terus ngebahas lo yang makan mie kuah tapi lupa pake kuah ah gapenting banget deh pokonya, udah gue mau ke kelas."

"Ya abis itu eskrim gamasuk akal banget harganya naik cuma gope mending gausah. Terus kalo yang mie kan gue lupa." Rafa cemberut.

Ya, mereka melanjutkan aktifitas mereka dengan hal yang tidak penting. Seperti membahas band, membahas alat musik, sampai terakhir membahas hal bodoh apa saja yang pernah mereka alami.

Rafa bercerita tentang es krim yang harganya naik hanya lima ratus rupiah yang mampu membuat Rafa kesal sendiri. Lalu bercerita tentang ia yang membuat mie kuah tapi lupa untuk menuangkan kuahnya karena yang Rafa ingat, itu adalah mie goreng.

Alhasil Rafa terpaksa tetap memakan mie kuah yang merangkap jadi mie goreng itu, karena Rafa terlalu lapar dan itu satu satunya mie yang tersisa saat itu.

Poor Rafa.

"Bawel, udah ayo ke kelas." Raina bangkit lalu berjalan duluan meninggalkan Rafa. Di belakangnya Rafa mengikuti dengan langkah yang ogah ogahan.

Rafa malas untuk ikut pelajaran. Itulah yang menjadi penyebab mengapa Rafa membawa Raina ke taman belakang sekolah. Selain karena butuh teman untuk cabut, Rafa merasa dia butuh waktu bersama Raina.

"Rafa! Ini buru buru! Jalannya jangan kaya princess napa! Lama banget." Omel Raina lalu dia kembali melangkah ke belakang, menghampiri Rafa lalu menarik Rafa agar bisa lebih cepat berjalan.

"Ngapain buru-buru? Pelajaran BK kan udah selesai dua puluh menit yang lalu." Raina yang mendengar perkataan Rafa mendadak menghentikan langkahnya.

"Demi apa?!"

"Demi kamu." Jawab Rafa dengan senyum geli.

"RAFAAA! Ga lucu. Serius!" Raina menarik ujung seragam Rafa.

"Nih liat," Rafa menyodorkan jam tangan hitamnya ke Raina. "Udah selesai kan?"

"Ih terus gimana nih?! Salah lo! Gamau tau!" Raina cemberut tapi malah membuat Rafa tertawa geli lalu menyubit pipi Raina gemas.

"Lepas! Sakit tauu." Raina menarik narik tangan Rafa agar mau melepas cubitannya tapi ternyata itu tidak membuahkan hasil.

"Ekhm."

Raina membeku. Badannya benar benar kaku. Ini suara seseorang yang Raina tau betul siapa. Rafa melepaskan tangannya dari pipi Raina, memejamkan matanya lalu mengumpat dalam hati.

"Rafardhan! Raina! Ikut saya, sekarang!" Suara bu Kania menginterupsi. Bu Kania berjalan duluan meninggalkan Rafa dan Raina. Mereka tidak bisa berkutik, keduanya sudah tertangkap basah.

Udah berapa banyak gue mengumpat hari ini ya? Maafin Raina yaAllah.

Raina berjalan dengan kepala yang di tundukan, sementara Rafa berjalan dengan santai seperti tidak terjadi apa-apa. Kedua tangannya di masukan kedalam saku celananya.

[1] Closer ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang