55. Complicated

63.9K 3.3K 33
                                    

"Ra, mama berangkat ya," Ujar Lena tepat di telinga Raina membuatnya yang tengah tertidur menggeliat kemudian menganggukan kepalanya tanpa mau membuka mata. "Sarapan ya dek, udah mama siapain di bawah."

Raina berdehem mengiyakan. Ia terlalu malas untuk bangun, rasanya ia terlalu capek hanya untuk membuka matanya. "Nih kunci mobil disini ya. Kalo kamu mau pergi kabarin ya. Dah adek!"

Lalu Raina merasa pintu kamarnya tertutup lagi, Raina memutuskan untuk membuka mata dan duduk kemudian meregangkan otot-ototnya. Raina menghirup udara panjang kemudian menghembuskannya perlahan.

Raina meraih ponselnya yang tergeletak di nakas yang tidak jauh dari jangkauannya, membukanya, tapi tidak ada notif yang begitu penting.

Biasanya ada notif dari Rey yang hanya sekedar mengucapkan selamat pagi. Tapi kali ini tidak ada. Tumben.

Tanpa pikir panjang, Raina bangkit, meraih handuknya dan pergi ke kamar mandi.

•••

Raina duduk di kursi yang ada di balkonnya, bersama laptop di meja sebelehnya dan gitar di pangkuannya. Raina sudah menghabiskan waktu yang cukup lama disini.

Ia hanya sekedar duduk sambilbermain gitar dan melihat lirik di laptop. Tidak ada hal spesifik yang ia lakukan, ia hanya diam memikirkan semua masalahnya. Masalah yang ia sendiri tidak tau kapan ujungnya.

Setidaknya hal kecil ini mampu membuatnya lebih relax.

"Yes hafal! Cover sekarang deh." Gumamnya. Kemudia tangannya pun terulur membuka aplikasi photobooth di laptopnya.

Kening Raina berkerut saat tampilan photobooth terlihat. Di kliknya satu foto yang tertera di sana dan dadanya seketika sesak.

Raina terus menggeser foto itu satu persatu. Ternyata banyak sekali foto juga video disana. Tangan Raina lantas mengklik satu buah video yang dengan jelas memperlihatkan dirinya dan Rafa yang sama-sama tengah memangku gitar.

Videonya baru saja dimulai, tapi sudah terjadi kekacauan karena Raina salah kunci dan berakhiran mereka tertawa dan video usai begitu saja.

Raina tersenyum miris kemudian dia menutup laptopnya. Raina lantas menaruh gitarnya di sampingnya sebelim kemudian ia menunduk, memijat pangkal hidungnya. "Gue kangen Raf, gue kangen,"

Satu tetes air mata jatuh. Di lanjutkan lagi dengan tetesan berikutnya dan semakin deras air mata itu keluar dari mata Raina.

"Ini air apaan sih? Bala banget," Raina mendumel sendiri kemudian menghapus air matanya dengan kasar. Raina menghela nafas kemudian bangkit berdiri, masuk kedalam kamarnya.

Ia kemudian membuka lemari bajunya untuk berganti baju. Setelah semua rapih, Raina memakai parfume, meraih tasnya dan kembali ke balkon lagi karena ponselnya masih disana.

Raina meraih ponselnya yang tergeletak di sebelah laptop kemudian memasukkannya kedalam tas.

Raina hendak pergi tapi pikirannya menyuruhnya untuk membawa benda tipis yang sebelumnya berada di samping ponselnya. Tapi hati Raina berkata tidak, jangan.

Otak lebih dominan dari hati bukan? Jadi sekarang Raina sudah menuju mobil dengan laptop di dekapannya.

•••

Raina masuk ke dalam cafe, memesan cake rasa coklat dan milkshake rasa coklat pula. Raina lantas duduk di kursi kosong yang terletak dekat jendela sehingga ia bisa melihat keadaan di luar sana.

Raina menghela nafas kemudian meraih ponselnya untuk mengabari mamanya. Setelah selesai mengabari mamanya, Raina membuka laptop dan meraih earphonenya yang kemudian ia sambungkan dengan laptopnya.

[1] Closer ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang