49. Perlahan terungkap

65.4K 3K 47
                                    

"Ra, gue mau nanya deh."

Raina mendongak, mengalihkan pandangannya dari laptop menuju Naraya. "Apaan?"

"Lo baik-baik aja kan sama Rafa?" Tanya Naraya lalu naik ke tempat tidur Raina dan duduk disebelahnya.

Raina menghela nafas. Akhirnya pertanyaannya itu muncul juga. Raina selalu berharap pertanyaan itu tidak muncul, Raina selalu berharap tidak ada yang menyadari keanehan antara dirinya dan Rafa tapi ternyata ujung-ujungnya ada juga yang menyadarinya.

Naraya memang peka, dia bisa merasakan sesuatu yang berbeda yang terjadi dengan Raina. Hanya Naraya sahabat terbaik Raina yang sangat mengertinya. Ketika Raina sedih Naraya pasti dapat mengetahuinya, ketika Raina bingung Naraya juga dapat mengetahuinya. Semua seluk beluk Raina, Naraya tau.

"Ra!"

Raina berdecak. "Apasih lo ngomongnya, orang gue baik baik aja sama dia."

"Baik baik aja? Ga pernah ngomong, ga pernah deket-deket lagi udah hampir seminggu lo bilang baik baik aja?" Naraya menatap Raina dengan tatapan tidak percaya. "Gamungkin Ra, gue tau pasti ada apa-apa. Jujur aja, kenapa susah banget sih Ra?"

Raina menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan lewat mulut. "Emang ga kenapa-kenapa Nara ku yang cantik manis. Wallpaper gue aja masih foto gue sama Rafa kan? Yaudah gapapa."

Raina seketika teringat bahwa wallpaper ponselnya masih sama, yaitu foto Rafa dengannya. Raina tidak berniat menggantinya walaupun setiap kali ia memandang wallpapernya, dadanya serasa sesak dan semua kenangannya bersama Rafa selalu terputar.

"Bener nih?"

"Iya Nara, kalo ada apa-apa gue pasti cerita kok."

Naraya mengangguk lalu ia merebut laptop Raina. "Minjem gue mau foto."

"Ambil deh ambil." Raina lantas bangkit dan berjalan menuju balkonnya.

Benar kata Naraya, sudah hampir seminggu—terhitung sejak kejadian di final basket waktu itu jarak Raina dan Rafa bertambah semakin jauh. Bersama dengan itu pula Rey terus menunjukkan perhatiannya dengan menjemput Raina dan dengan modusnya mengirimi Raina pesan.

Raina tidak meladeni tidak juga menghindari. Ia tetap merespon tapi semampunya karena sekali lagi ia belum yakin dengan Rey.

Sampai saat ini Rey belum menjelaskan semuanya pada Raina. Katanya sih masih mencari waktu yang tepat. Entahlah kapan, mungkin nanti. Lima abad lagi.

Setiap harinya kalau Raina hitung, ia bisa hampir puluhan kali menghela nafas jika di total. Rafa dan Deeva semakin dekat, bahkan gosipnya sudah ramai di sekolah. Semua membicarakan Rafa dan Deeva bahkan nama Raina pun di sangkut pautkan. Misalnya seperti:

"Mereka jadian? Lah Raina gimana?"

"Udahlah sama Deeva aja, daripada Raina."

"Rafa ganteng, Deeva cantik cocok deh gue rela Rafa sama Deeva."

Sementara Raina yang mendengar itu hanya bisa diam. Semakin kesini ia semakin jarang bergabung dengan teman-temannya yang lain. Ia lebih memilih membawa makanannya menuju rooftop sekolah. Lalu ketika di tanya ia kemana, ia akan mencari jawaban apapun yang masuk akal.

Belum sepenuhnya Raina membulatkan tekad untuk menjauh. Semakin ia menanamkan keyakinan untuk menjauh, semakin besar keinginannya untuk mendekati Rafa lagi. Raina bingung.

Walaupun ada Rey yang akhir-akhir ini menemani Raina kala sepi, tapi itu belum juga mampu meyakinkan Raina untuk menjauh dan mencoba membuka hatinya kembali untuk Rey.

[1] Closer ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang