Bel yang menggantung di pintu cafe berbunyi, menandakan ada pengunjung yang datang. Masuklah lima orang anak SMA yang kemudian mulai mencari tempat duduk, sampai pada akhirnya mereka mendapatkan meja di pojok ruangan.
"Mau pesen makanan ga?" Tanya Naraya saat semuanya sudah duduk dengan manis di tempat masing masing.
"Mau lah!" Jawab Geo semangat.
"Yeu lo mah dimana mana makanan mulu." Cibir Bryan.
"Tau ya, kaya punya duit aja lo Ge." Timpal Raina.
"Hehehe ngga sih sebenernya. Tapi kan Rafa yang ngajak ke sini ya dia lah yang traktir, ya ga Raf?" Geo menyenggol Rafa dengan sikunya.
Rafa mendelik. "Ck, yaudah."
"Oke!" Seru Geo dengan senyum lebar.
"Tapi buat lo jangan banyak banyak." Lanjut Rafa.
Geo mendadak diam dan cemberut. "Ga ikhlas mah bilang aja, kodok!"
Semuanya sontak tertawa. Setelahnya mereka memesan makanan dan minuman. Raina masih setia dengan kentang goreng dan kali ini minumnya milkshake coklat.
"Sudah menjadi kewajiban dan hal lumrah kalo Raina mesen kentang goreng." Begitu kata Naraya saat kentang goreng pesanan Raina sampai di meja mereka.
Setelah semuanya selesai dengan makanan masing masing, sekarang waktunya Rafa untuk angkat bicara, sebagaimana tujuan awalnya.
"Jadi, apa yang mau lo omongin?" Bryan membuka suara lalu menyesap ice lemon teanya.
Rafa menghela nafas. "Gue bakal terbuka tentang semuanya ke lo semua."
Naraya bertukar pandang dengan Raina. Dari raut wajahnya bisa di pastikan Naraya bingung dengan apa maksud dari perkataan Rafa. Sementara Raina hanya mampu tersenyum.
Raina merasa tangan kirinya ada yang menggenggam. Siapa lagi kalau bukan tangan Rafa.
Rafa menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan dan mulai menceritakan semuanya dari awal lagi.
Bryan yang mendengar cerita Rafa terdiam mengingat betapa kacaunya Rafa saat itu. Bagaimana perjuangannya untuk membantu Rafa kala itu.
Sementara Geo ikut terdiam karena dia merasa sangat jahat tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi karena saat itu yang Geo fikir Rafa sedih karena di tinggal Aleya, tapi ternyata salah.
Naraya juga terdiam dan kali ini entahlah dia membiarkan Bryan menggenggam tangan kanannya.
Sedangkan Raina sedari tadi berusaha memberikan ketenangan dengan mengelus elus tangan Rafa yang ada di genggamannya.
"Pantes aja, selama ini gue ngerasa ada yang aneh. Kaya ada sesuatu yang gue gatau dan ternyata bener. Gue baru tau sesuatu itu sekarang. Gue ngerasa ga berguna jadi sahabat." Geo angkat bicara sesaat setelah Rafa selesai bercerita.
"Bukan salah lo, ini salah gue karena gue tertutup dan lo tau gimana gue dulu." Balas Rafa.
"Terlebih ini semua salah gue, gue yang ga ngasih tau lo yang sebenernya Ge." Timpal Bryan sambil menunduk.
"Udah deh gausah saling nyalahin diri sendiri, yang penting sekarang Geo udah tau yang sebenernya dan yang penting juga kan Geo dulu ada buat Rafa. Dan buat Bryan, lo ga salah karena lo nyimpen semua itu juga buat kebaikan bersama. Intinya yang penting lo bertiga udah sama sama berjuang buat masa-masa itu." Ujar Raina seraya tersenyum.
Geo dan Bryan sama sama tersenyum lalu mengangguk.
"Terus apa yang ngebuat lo gelisah tadi di sekolah?" Tanya Naraya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Closer ✔️
Jugendliteratur[COMPLETED] Bagaimana jika kamu benci terhadap satu cowo yang dingin dan menurut kamu sangat menyebalkan, tapi ternyata hanya kamu yang bisa melelehkan es di dirinya? Dari benci kemudian berteman dan mungkin jatuh cinta? Ini cerita tentang Raina dan...