15. Bitter and sweet

96.7K 4.4K 81
                                    

Raina dan Naraya tengah duduk di kursi penonton di lapangan indoor. Sudah hampir setengah jam mereka menonton ke tiga sahabat mereka yang lain latihan basket. Seharusnya sih mereka sebentar lagi selesai.

"Hm Na, gue mau ke toilet dulu ya."

"Gue temenin yuk nanti tiba-tiba ada Tania gimana?" Naraya berdiri tapi lengan Naraya malah di tarik lagi oleh Raina agar Naraya kembali duduk.

"Udah gapapa gue sendiri aja. Cuma sebentar lagian. Siapa tau juga Tania udah pulang. Udah tunggu ya." Raina berdiri lalu berjalan keluar lapangan menuju toilet.

Setelah selesai buang air kecil, Raina kembali berjalan menuju lapangan indoor. Raina berjalan dengan santai sampai tiba-tiba ada yang menarik tangannya sebelum dia melangkah masuk ke lapangan. Raina sampai terkejut akibat kencangnya tarikan itu.

Saat ini mata Raina bertatapan dengan mata tajam seorang Tania.

Yatuhan kenapa ada dia? Kenapa dia lagi dia lagi

"Apa?" Tanya Raina malas.

Tania mencengkram kuat-kuat tangan Raina. "Eh lo perlu berapa kali sih gue bilangin?! Jauhin Rafa!"

Raina meringis sebelum dengan sekuat tenaga dia menghentakan tangan Tania membuat tangannya terlepas dari cengkraman Tania.

"Lo mau ngapain sih disini? Mau nyari muka? Mau apa hah? Ngapain sih lo ngintilin Rafa mulu?"

Raina masih bungkam, tidak mau membuat masalah. Raina diam membiarkan Tania mengeluarkan semua kata-katanya.

"Lo tuh jadi cewe gatau malu banget sih! Munafik! Lo gapunya otak ya? Nih ya Ja-u-hin Ra-fa!" Seru Tania dengan penekanan di beberapa kata. Raina terus diam tapi di dalam hati dia terus memaki.

Dasar Tania bego, lo yang gatau malu dan lo yang gapunya otak.

Raina memutar bola matanya jengah. "Maaf seharusnya lo ngaca dulu sebelum bilang gue gatau malu dan gapunya otak karena sebenernya apa yang lo omongin itu yang mencerminkan diri lo sendiri,"

"Dan lo gapunya hak untuk ngelarang siapa pun deket sama Rafa kalau kenyataannya sampe sekarang lo belum bisa deket sama Rafa bahkan Rafa aja ga perduli sama lo. Permisi."

Raina lalu melangkah pergi tapi seketika dia merasa tubuhnya terhempas kebelakang membuat kepalanya menubruk tembok dengan sangat keras.
"Jaga omongan lo ya! Lo tuh yang gapu--"

"RAINA!" Omongan Tania terpotong oleh suara Bryan yang tiba-tiba terdengar. Bryan berlari menghampiri Raina yang terduduk lemah di lantai.

"Ra, lo gapapa kan?" Tanya Bryan khawatir. Raina hanya mengangguk lemah.

Raina terlalu pusing untuk tau apa yang terjadi di depannya tapi Raina masih bisa mendengar perkataan Bryan dengan Tania.

"Lo apain dia?!" Bentak Bryan.

"Tanya aja sama orangnya." Jawab Tania santai.

"Ra? Lo gapapa?" Raina masih pusing untuk membuka matanya tapi Raina tau siapa yang berbicara padanya.

"Pusing Raf." Balas Raina lemas. Rafa mengelus kepala Raina dengan cemas lalu Rafa berdiri dan menghampiri Tania.

"Apa sih mau lo?" Tanya Rafa dingin.

"Apa gunanya lo nyakitin Raina? Apa yang lo lakuin gaakan ada hasilnya. Apa sih yang ada di otak lo hah?!" Bentak Rafa. Rafa benar-benar emosi kali ini. Rafa ga habis fikir dengan apa yang baru Tania lakukan.

"Gue sayang sama lo Raf tapi lo gapernah perduli sama gue padahal gue jauh lebih dari Raina. Lo malah milih cewe yang gajelas banget dulu sebel sama lo tapi malah kegatelan sama lo sekarang." Kata Tania lirih.

[1] Closer ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang