Rafa berlari kecil menghampiri Raina yang tengah berdiri di pinggir lapangan sendirian, nampak sedang menunggu sesuatu.
Raina menolehkan kepalanya saat dirasa ada seseorang yang tengah berdiri di sampingnya. Raina tersenyum saat tau siapa yang berdiri di sampingnya. "Sejak kapan lo disini?"
"Lo ngapain disini?" Mata Rafa menelusuri sekitar mencari sesuatu yang menjadi perhatian Raina.
"Eh itu gue disuruh nunggu sama Naraya." Raina nyengir.
"Emang dia kemana?" Tanya Rafa sambil menatap Raina.
"Gatau dia kemana," jawab Raina. Bohong, Bukan itu alasan sebenarnya. Raina tau kemana Naraya pergi.
Rafa mengangguk mengerti dan Raina diam diam menghembuskan nafas lega.
"Lo mau ngomong apa?" Tanya Raina mengalihkan topik pembicaraan.
Rafa menghela nafas. "Nanti aja di kantin ngomongnya."
"Kapan?"
"Ya sekarang."
"Tapi Nara..." Raina berfikir sebentar. "Yaudah deh mungkin dia bakal nyari gue ke kantin. Ayo deh."
Lalu mereka berdua berjalan menuju kantin. Saat mereka memasuki kantin, banyak pasang mata mengarah pada mereka. Ada yang menatap dengan tatapan memuja, tentu saja itu untuk Rafa. Sementara untuk Raina, tatapan ketidaksukaan lah yang banyak ia terima.
Tak sedikit pula kalimat yang tidak mengenakkan hati masuk ke telinga Raina. Raina yang mendengar itu sekuat tenaga menahan agar tidak menggebrak meja dan meneriaki mereka satu satu.
Mereka berkata seperti itu layaknya Raina tidak punya telinga untuk mendengar.
"Gausah dengerin kata orang." Kata Rafa saat melihat perubahan ekspresi Raina.
Raina tersenyum tipis. "Iyaaa."
Akhirnya mereka pun sampai di meja yang disana sudah ada Bryan dan Geo.
"Dari mana aja lo?" Tanya Bryan saat Raina baru saja duduk manis di tempatnya.
"Kepoooo." Balas Raina.
"Songonggg. Oh iya, Nana mana? Bukannya sama lo?" Tanya Bryan yang akhirnya menyadari ada yang kurang.
"Tau, dia ninggalin gue terus suruh gue nunggu bodo amat deh nanti juga dia ke kantin," jawab Raina santai. "Oh ya, tadi mau ngomong apa Raf?"
Rafa menghela nafas sejenak. "Mama bilang gue bakal ketemu papa hari Sabtu."
Raina tersenyum. "Oh ya? Bagus dong."
"Temenin gue ya?"
Raina menepuk pundak Rafa sekilas. "Tenang aja, itu bisa di atur. Mama lo ikut ketemuan juga?"
"Ngga, mama bilang dia gabisa."
Raina hanya ber-oh ria sambil menganggukkan kepalanya.
"Sabtu? Besok dong?" Tanya Bryan lalu tersenyum. "Lo siap?"
Rafa mengangguk walau sedikit gugup. "Gue mau selesain masalah gue sama papa."
"Good. Anak pintar deh kamu, jadi makin sayang." Kata Geo dengan nada yang menjijikan membuat Bryan dengan gampangnya menjitak kepala Geo.
"Najis Ge. Tau najis ga?"
"Nggaa, apa tuh?"
"Bodo amat jing."
Lalu mereka semua tertawa sampai tiba tiba ada yang duduk diantara mereka dengan rusuh.
"Eh Na santai dong rusuh banget." Kata Geo dan mendapat tatapan sinis dari Naraya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Closer ✔️
Teen Fiction[COMPLETED] Bagaimana jika kamu benci terhadap satu cowo yang dingin dan menurut kamu sangat menyebalkan, tapi ternyata hanya kamu yang bisa melelehkan es di dirinya? Dari benci kemudian berteman dan mungkin jatuh cinta? Ini cerita tentang Raina dan...