Raina berjalan dibantu dengan Rafa yang setia memegangi tangannya. Raina berjalan dengan pincang akibat kakinya masih sakit tetapi dia harus memakai sepatu.
Berulang kali Rafa bilang dari semalam kalau Raina tidak usah masuk tapi berulang kali juga Raina menolaknya. Alhasil pagi tadi Rafa menjemput Raina untuk pergi ke sekolah bersama.
"Udah gue bilang gausah masuk." Kata Rafa datar.
"Kalo gue di rumah nanti kaya orang bego gaada kerjaan." Cibir Raina yang masih terus berjalan dengan susah payah.
Raina memandangi sekitar dan dia baru sadar jika banyak pasang mata yang tengah menatap ke arah mereka. Ada yang menatapnya dengan tatapan benci, ada yang menatapnya jijik, dan ada yang menatapnya dengan tatapan iri.
"Gausah dipikirin." Kata Rafa yang di balas anggukan oleh Raina.
Akhirnya mereka pun sampai di kelas mereka. Ternyata di dalam kelas sudah ramai tapi tiba-tiba menjadi sepi karena semua pandangan menuju Rafa dan Raina.
Mulai terdengar banyak bisikan yang mengomentari kedatangan mereka. Raina hanya bisa mendengus lalu melanjutkan jalannya menuju mejanya, masih dengan Rafa yang setia membantunya.
"Masih pagi woy," Celetuk Bryan yang mendapat tatapan tajam dari Rafa.
"Eh tapi Ra, lo kenapa kok jalannya pincang?" Tanya Bryan saat menyadari cara jalan Raina.
"Itu lo tau tolol. Gue lagi bantuin dia gausah banyak bacot." Omel Rafa.
"Yaampun Raa! Lo kenapa?" Kata Naraya heboh saat Raina sampai didepan kursinya. Rafa membantu Raina duduk dengan hati-hati.
"Thanks, Raf." Kata Raina.
"Anytime." Balas Rafa kemudian duduk di kursinya.
"Lo kenapa deh, Ra?" Tanya Naraya khawatir.
"Gue cuma keseleo aja kok, gapapa." Raina tersenyum.
"Duh hati-hati makannya."
Raina terkekeh. "Iyaa iyaaa."
"Makin deket, eh?" Tanya Naraya menggoda.
"Apaan sih biasa aja." Jawab Raina yang mengerti apa maksud Naraya.
Raina belum menceritakan kebenaran yang Raina dapatkan ke Naraya. Raina pikir itu termasuk privacy Rafa dan cukup Raina saja yang tau.
Semalaman Raina kepikiran dengan apa yang telah terjadi antara dirinya dan Rafa. Raina masih belum percaya bahwa ia bisa sedekat ini dengan Rafa. Semuanya terjadi sangat cepat dan di luar dugaan.
Entah apa yang akan terjadi kedepannya, yang jelas Raina sudah berniat membantu Rafa sembuh dari masa lalunya, membuat luka Rafa sedikit terobati.
•••
Pelajaran pertama hampir berakhir saat tiba-tiba Raina merasa ingin buang air kecil. Raina pun langsung izin untuk ke kamar mandi. Setelah selesai buang air kecil, Raina berjalan ke wastafel untuk mencuci tangan.
"Wah ada orang munafik disini," Raina mendongak melihat dari kaca siapa yang berbicara barusan. Raina hanya diam ketika tau siapa yang berbicara.
"Heh, lo tuh munafik banget sih. Lo dulu ga suka sama Rafa tapi apa? Sekarang lo malah kegatelan sama dia." Kata perempuan tadi sambil bersedekap.
Duh, mimpi apa gue semalem ketemu sama barbie gapunya otak kaya dia?
Raina masih diam, tidak mau membuang waktunya untuk menanggapi orang seperti ini. Raina memutar badannya berniat pergi saat suara Tania terdengar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Closer ✔️
Roman pour Adolescents[COMPLETED] Bagaimana jika kamu benci terhadap satu cowo yang dingin dan menurut kamu sangat menyebalkan, tapi ternyata hanya kamu yang bisa melelehkan es di dirinya? Dari benci kemudian berteman dan mungkin jatuh cinta? Ini cerita tentang Raina dan...