24. Night out

87.9K 3.8K 29
                                    

Seorang cowo jangkung nampak sedang sibuk mengacak ngacak lemarinya, mencari pakaian mana yang cocok untuk di kenakannya malam ini. Entah mengapa dia jadi kebingungan dan ribet layaknya seorang perempuan.

"Raf?"

Rafa menoleh ke arah kanan, dan mendapati Anna sedang berdiri di ambang pintu dengan tatapan bingung.

"Kamu mau ke mana?" Anna melangkah masuk ke kamar Rafa, lalu duduk di kursi belajar Rafa.

"Mau jalan." Jawab Rafa sambil terus mencari baju.

"Sama? Kemana? Kenapa kamu baru bilang sama mama?" Tanya Anna bertubi tubi.

Rafa mengambil salah satu baju yang ia kira cocok yaitu kaus berwarna abu abu lalu memakainya. "Sama Raina, makan. Baru mau bilang."

Rafa memang masih terbilang cuek. Lebih tepatnya gengsi. Rafa memang niat berubah, tapi gengsinya itu masih menghalangi. Sebenarnya dalam lubuk hati Rafa yang paling dalam, Rafa masih perduli. Selalu perduli terhadap orang yang sayang dengannya.

Anna tersenyum jahil. "Kamu pacaran ya sama Raina?"

"Ck, apaan si ma. Ngga juga." Ujar Rafa sambil menyemprotkan minyak wangi ke tubuhnya.

"Tapi kamu suka kan? Hayo ngaku, kamu sayang kan sama Raina?" Anna tersenyum lebar. Akhirnya, anak semata wayangnya ini bisa jatuh cinta lagi, bisa ceria lagi.

Rafa terdiam bersamaan dengan hatinya yang tiba tiba bergemuruh. Omongan mamanya barusan membawa sesuatu yang aneh di perasaan Rafa.

Begini, kalau Rafa jawab Rafa ga sayang sama Raina, kenyataannya Rafa sayang dengan sahabatnya itu.

Lalu, kalau Rafa menjawab Rafa tidak suka dengan Raina, kenyataannya Rafa selalu suka dengan segala sesuatu yang Raina miliki, Rafa selalu suka berada dekat perempuan itu.

Hm tapi, mungkin itu wajar bagi sahabat. Ah sudah, Rafa tidak mau ambil pusing.

"Iya," Rafa menatap mamanya. "Sebagai sahabat."

Anna tertawa pelan. "Ya, untuk sekarang masih bisa beralasan. Tapi mungkin dua atau tiga bulan lagi kamu jatuh cinta beneran sama Raina, tunggu aja Raf. Mama yakin."

"Ma..." Rafa membuang muka karena salah tingkah.

Anna bangkit, mendekati Rafa lalu menepuk pundak anaknya dua kali. "Cepat atau lambat, kamu bakal jatuh cinta lagi Raf dan bakal ngelupain dia. Mama selalu doain yang terbaik buat kamu."

Rafa semakin membuang muka, menatap langit kamar dengan gelisah.

Rafa tidak mau melupakan Aleya, tapi dengan mengingatnya malah menyiksa Rafa. Dan juga, entah kenapa pikiran Rafa otomatis selalu memikirkan Raina.

Setiap seseorang menyebut nama Aleya atau hanya dengan sebutan dia, hati Rafa biasa saja. Tidak seperti dulu. Sementara mendengar nama Raina mampu membuat hati Rafa konser.

"Dan satu hal lagi, mama yakin kamu suka dan sayang beneran sama Raina karena kamu selalu salting dan pembawaan kamu beda kalau udah nyangkut Raina." Anna tertawa geli lalu melanjutkan langkahnya keluar dari kamar Rafa.

Masa iya gue suka sama Raina? Gamungkin.

"Rafa! Kamu mau berangkat kapan?" Teriak Anna dari luar membuyarkan pikiran Rafa.

•••

Rafa mengetuk pintu rumah yang menjadi tujuannya sedari tadi lalu tak lama pintu pun terbuka. Bukan, bukan Raina yang membuka pintu. Itu mamanya.

[1] Closer ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang