"Sepi banget." Gumam Rafa sambil memperhatikan rumah Raina dari dalam mobil.
"Iyaya. Kemana ya?" Raina jadi bingung sendiri. Apa mamanya didalam? Atau mama sedang pergi?
Rumah Raina nampak sangat sepi seperti tidak ada seorang pun.
"Telfon mama lo."
"Hah? Ngapain?"
"Telfon aja."
Raina lantas meraih ponselnya dan bersamaan dengan itu, ponsel Raina berdering. Mamanya menelfon.
"Halo?"
"Ra, mama ada urusan, kamu masih lama kan pulangnya?"
"Aku udah dirumah."
"Yah, mama kira kamu masih lama jadi kunci mama bawa."
Raina melihat ke arah rumahnya lagi san Raina baru sadar jika mobil mamanya memang tidak ada di garasi.
"Mama udah dari tadi?"
"Belum lama tapi mama janji gaakan lama pulangnya."
"Yaudah aku sama Rafa dulu kok ma."
"Oke hati hati ya dek, awas jangan macem macem sama Rafa."
"Ih dikira aku mau ngapain kali." Raina cemberut sementara mamanya hanya terkekeh di ujung sana.
"Yaudah bye ma."
Raina langsung memutus sambungan telfon secara sepihak dan kembali memasukkan ponselnya kedalam tas.
"Gimana?"
"Mama pergi."
Rafa menyenderkan punggungnya ke kursi. "Nunggu?"
"Hm iya. Lo pulang aja, gue tunggu di teras rumah." Raina lantas membereskan barang-barangnya lalu membuka pintu mobil yang sudah tidak di kunci tapi seketika menjadi terkunci.
Raina menatap Rafa dengan tatapan bingung. "Kok dikunci lagi?!"
"Siapa yang nyuruh lo langsung turun?" Kata Rafa dengan nada dinginnya. Raina menunduk dengan cemberut.
Rafa kenapa sih? Kok jadi dingin lagi?
Sejak perjalanan pulang tadi mereka berdua sama-sama banyak diam. Raina sibuk dengan pikirannya sendiri, begitu juga Rafa. Keduanya tidak ada yang berniat membuka mulut apalagi Rafa.
Raina juga bingung dengan perubahan sikap Rafa yang seolah olah dinding es itu kembali membeku setelah sedikit demi sedikit mencair.
Entah apa yang menyebabkan itu semua tapi Raina merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tapi mungkin itu hanya perasaan Raina saja.
Raina mendongak lalu mengernyit bingung. Mobil Rafa sudah berjalan menjauhi rumahnya.
"Mau kemana?" Raina menoleh ke arah Rafa tapi Rafa tetap fokus menatap jalan tanpa mau menjawab pertanyaan Raina.
"Raf kita mau kemana?"
"Mau kemana ihhhh." Rengek Raina karena Rafa belum juga merespon.
"Rafardhan lo denger ga sih?!"
"Raf gue lagi ngomong."
"Hm."
Raina berdecak. "Raf,"
"Hhmm."
"Mau kemana?" Raina menatap Rafa yang masih fokus dengan jalanan dan Raina jadi gemas sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Closer ✔️
Teen Fiction[COMPLETED] Bagaimana jika kamu benci terhadap satu cowo yang dingin dan menurut kamu sangat menyebalkan, tapi ternyata hanya kamu yang bisa melelehkan es di dirinya? Dari benci kemudian berteman dan mungkin jatuh cinta? Ini cerita tentang Raina dan...