Raina masuk kedalam kamar abangnya sambil membawa segelas coklat panas di tangannya. Ia lantas menatap bingung abangnya yang sedang memasukkan baju-bajunya kedalam tas.
"Abang mau ngapain?" Tanya Raina bingung.
"Abang berangkat besok Ra." Jawab Remon sambil menutup tasnya.
Raina duduk di kursi meja belajar Remon. "Ke Bandung?" Tanya Raina lalu menyesap coklat panasnya.
"Iyalah masa berangkat haji."
"Ih jangan berangkat banggg." Rengek Raina. Remon tersenyum lalu mengacak rambut Raina.
"Abang juga gamau tapi mau gimana lagi, terus kamu sakit lagi. Ck tumbenan banget kan lo sakit." Ujar Remon sambil duduk di tempat tidurnya.
Entah kenapa Raina malah demam dan tubuhnya lemas. Remon tau soal kejadian tadi dan Remon sempat emosi tapi Raina berhasil menenangkan Remon.
"Abang berangkat kapan? Pokonya Raina harus ikut abang ke terminal gamau tau!" Seru Raina.
Remon menatap Raina lalu tersenyum. "Gue berangkat pagi. Emang besok lo ga sekolah?"
"Ya ngga lah gue kan mau ikut lo ke terminal gue paksa mama gamau tau."
Remon hanya tersenyum geli lalu bangkit, mencium kening Raina dan berjalan keluar kamar.
"Ih ninggalin lagi!" Cibir Raina lalu mengekori abangnya.
•••
"Kamu bener udah sembuh, hm?" Tanya Lena dari kursi kemudi.
Raina, mamanya, dan Remon sudah di perjalanan menuju terminal. Raina memang tidak sekolah hari ini tapi Raina yakin bahwa dia sudah membaik.
"Bener ma, lagian aneh masa sakit gara-gara kejedot." Jawab Raina dari kursi penumpang belakang.
"Harusnya lo sekolah aja kalo gitu." Sahut Remon tapi matanya fokus ke ponselnya.
"Ish ga mau. Kan mau nganterin abang! Gimana sih." Raina cemberut.
Lena hanya tertawa melihat tingkah anak bungsunya.
Raina sebenernya sedih. Dia sendirian lagi, sepi lagi. Raina butuh Remon selalu ada di samping Raina. Seperti dulu lagi, sebelum Remon kuliah di Bandung.
"Gue berangkat ya Ra. Jangan nakal. Secepatnya gue bakal balik lagi." Kata Remon lalu memeluk Raina erat.
"Awas ya, kalo lama lo gue santet!" Ancam Raina dan Remom hanya tertawa.
Remon melepas pelukan mereka. "Santet Rafa aja biar jadian sama lo."
"Apaan si ish nyebelin." Raina mengerucutkan bibirnya.
Remon hanya tertawa lalu sekarang gantian memeluk mamanya. "Remon berangkat ya ma, nanti kalo papa pulang kabarin Remon."
"Iyaa, belajar yang bener ya Bang."
Remon mengangguk lalu berjalan menjauh.
"Dadah abang!" Ujar Raina sambil melambaikan tangan.
"Dah Raina!" Remon melambaikan tangan juga sebelum tubuhnya menghilang di kerumunan orang.
"Yuk pulang." ajak Lena dan keduanya pun masuk kedalam mobil.
•••
Raina menatap jalanan dengan bosan namun kemudian ponselnya berbunyi. Raina melihat disana banyak notif dari group 'Jamaahhhh'. Raina langsung membuka aplikasi LINE.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Closer ✔️
Fiksi Remaja[COMPLETED] Bagaimana jika kamu benci terhadap satu cowo yang dingin dan menurut kamu sangat menyebalkan, tapi ternyata hanya kamu yang bisa melelehkan es di dirinya? Dari benci kemudian berteman dan mungkin jatuh cinta? Ini cerita tentang Raina dan...