33. Confused

71.5K 3.5K 56
                                    

Raina menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur Naraya. Kini ia dan Naraya sudah ada di rumah Naraya.

"Masih baper?" Tanya Naraya dengan senyum geli.

Raina bangkit untuk duduk lalu menatap Naraya dengan cemberut. "Apaan si Na."

"Alah, bilang aja lo baper kan?" Naraya tertawa lalu melangkah mendekat, duduk di samping Raina. "Lo suka ya sama Rafa?"

Raina sontak terdiam dan membuang muka. "Ga. Sok tau lo."

"Dih udah lah jujur aja, lo tuh aneh kalo deket Rafa tau ga," Naraya menarik wajah Raina agar menatapnya. "Lo tau apa artinya itu?"

Raina geleng geleng kepala. Naraya berdecak lalu menjauhkan tangannya dari wajah Raina.

"Lo bego apa gimana sih? Aduh Rara ku sayang yang cantik yang manis. Gini yaa, itu artinya lo ada perasaan sama Rafa."

Raina nyengir. "Gue kangen lo manggil gue Rara."

"Iyaa ya udah lama gue melupakan nama itu," Naraya tertawa pelan. "Udah eh kembali ke topik ah, lo mah ngalihin pembicaraan mulu"

Raina cemberut lagi. "Gamau bahas itu ah gapenting. Masa iya gue suka sama Rafa? Gila aja."

"YaAllah untung lo sahabat gue. Kalo ga lo udah gue jitakin lima ratus kali biar sadar," Naraya memutar bola mata malas. "Sebelumnya lo pasti udah pernah kan ngerasain hal yang sama kaya gini?"

"Iyaaa tapi kan—"

"Nah ya lo harusnya sadar lah tentang perasaan lo secara lo udah pernah ngerasain hal yang sama." Potong Naraya cepat.

Raina menghela nafas. "Tapi kan kali ini beda. Rafa sahabat gue, masa gue suka sama sahabat gue sendiri?"

"Aduh Ra. Cinta itu ga mandang apa, siapa, dan bagaimana. Semua kemungkinan bakal terjadi, termasuk jatuh cinta sama sahabat sendiri. Buktinya banyak kan." Naraya menepuk pundak Raina sekilas.

Raina menunduk. "Gue ga yakin Na, mungkin emang gue kaya gini karena ya lo tau gue jarang deket sama cowo. Sekalinya deket eh di sakitin."

Naraya tertawa pelan. "Jangan inget masa lalu gitu kali Ra."

Raina ikut tertawa. "Udah lah lupain aja."

"Inget kata kata gue Ra. Selama lo masih bisa ngeraih dia, ya lo coba bebasin perasaan lo sendiri. Ikutin kemana perasaan lo ngebawa lo. Karena saat semua udah susah di raih dan lo sengaja nahan perasaan lo, imbasnya juga kena lo sendiri. Lo yang bakal tersiksa sendiri sampai lo bener bener nemuin kunci buat bebasin perasaan lo lagi." Ujar Naraya panjang lebar.

'Bebasin perasaan lo sendiri' perkataan Naraya terus terulang di benak Raina. Apa ini saatnya Raina meyakinkan perasaannya terhadap Rafa?

Lalu saat dia sudah yakin dan membebaskan perasaannya, apa yang akan dia dapatkan?

Apa itu kebahagiaan? Atau justru patah hati?

Kita tidak akan tau sampai kita mencoba kan?

Dan jika ini takdir untuk Raina, maka Raina akan melakukan itu. Raina akan meyakinkan dan membebaskan perasaannya untuk Rafa.

"Udah lah lupain, lo laper ga?" Suara Naraya membuyarkan pikiran Raina.

Raina mengangguk semangat. "Iyaa. Lo ada kentang goreng kan? Gue lagi butuh kentang."

Naraya tersenyum geli. "Banyak kok, hanya untuk nyonya Raina."

Raina tertawa lalu mereka pun turun menuju dapur.

•••

Ponsel Raina bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Raina meraih ponselnya dan nama 'bank emon' yang muncul di layar.

[1] Closer ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang