20 Februari 1998

3.7K 168 6
                                    

Sore itu, mendung menyelimuti kota. Tak lama tetes-tetes hujan satu persatu jatuh ke bumi.

Tiap tetesnya terasa begitu merdu. Serupa nyanyian alam yang tengah menyambut kehadiran.

Di dalam sebuah rumah sakit ternama ibu kota, di depan 2 ruangan yang berbeda, beberapa orang duduk menunggu.

Gelisah.

Raut wajah mereka penuh kecemasan, sedangkan mata mereka seperti berisi beribu harapan.

Doa-doa dengan suara lembut tak henti-hentinya mereka panjatkan pada sang pemilik alam semesta.

Berharap penantian mereka tak sia-sia.

Di 2 ruangan berbeda di rumah sakit ternama ibu kota itu, suasana tegang menyelimuti.

Dua orang dokter dan beberapa orang susuter tampak tengah mempersiapkan peralatan medis.

Di atas ranjang di dalam 2 ruangan berbeda, terbaring 2 orang wanita yang masih terbilang muda.

Ketegangan, kecemasan, dan harapan semuanya tampak menyatu pada wajah lembutnya.

Di luar ruangan, hujan masih melantunkan alunan-alunan nada merdu.

Sedang di dalam ruangan rumah sakit 2 orang wanita yang masih terbilang muda tengah berjuang mati-matian untuk 2 nyawa.

Dia dan malaikat kecilnya. Untuk sebuah penantian 9 bulan 10 hari.

Tepat pukul 18.00 suara tangisan pecah bersamaan dalam 2 ruangan yang berbeda.

Seketika kebahagiaan tergambar jelas pada wajah mereka yang sedari tadi menunggu di luar.

Rasa tak sabar untuk melihat malaikat kecil mereka itu benar-benar sudah tak dapat dibendung lagi.

Setelah beberapa saat, seorang dokter keluar dari ruangan berbeda itu. Hanya salah seorang dari mereka yang diperbolehkan masuk.

Di depan salah satu ruangan, berjalan tanpa ragu seorang laki-laki dengan gagahnya memasuki ruangan tersebut.
Wajahnya berseri penuh kebahagiaan, senyuman bahagia terpancar begitu indah.

Melihat sosok wanita yang dicintainya dengan malaikat kecil yang baru saja di anugrahkan tuhan padanya terbaring dengan tenang di samping ibunda tercintanya.

“Selamat bapak, putri bapak lahir dengan selamat. Wajahnya cantik seperti ibunya.” Ujar dokter yang sedari tadi menangani proses persalinan istrinya itu, sambil menjabat tangannya.  

“Alhamdulillah dok. Semua ini juga berkat bantuan dokter.” Ujarnya sembari membalas jabatan tangan dokter itu.

“ Baiklah, kalau begitu saya tinggal dulu pak.”

“ Ya dok.. terima kasih banyak..” dokter itu membalas dengan senyuman di wajahnya.

Laki-laki itu menghampiri istri tercintanya dan kemudian membelai dengan lembut. Mendaratkan sebuah kecupan mesra di kening istrinya.

“Terima kasih Ma,, Putri kita sama cantiknya denganmu..”  Perempuan itu membalasnya.

“Ini hadiah terindah dalam hidupku..” sambung laki-laki itu. Suasana suka cita terpapar dengan jelas di dalam ruangan itu.

Laki-laki yang sudah berstatus menjadi seorang Ayah itu mencoba mendekati putri sulungnya dan menggendonya.

Melakukan hal wajib yang harus ia lakukan, Iqomah. Senandung ayat al-quran itu telah ia lantunkan pada telinga sebelah kanan anaknya.

Kini iapun dengan seksama melihat wajah cantik putrinya.

“ Anakku.. kau adalah anugrah terindah dalam hidup kami. Semoga kelak kau menjadi anak yang sholehah dan berbudi luhur. Raina Drizella. Namamu Raina, melambangkan hujan yang menyambutmu lahir ke dunia.”

* * *

Di ruangan yang berbeda, di rumah sakit ternama di ibukota itu, juga tampak seorang laki-laki gagah memasuki ruangan yang ia pandangi sedari tadi.

Ia masuk dengan tatapan yang penuh harap. Di lihatnya serangkaian senyuman di wajah wanita yang bertaruh nyawa melahirkan anak kedua mereka.

“ Alhamdulillah.. Ibu dan anak sama-sama selamat pak..” Ujar seorang suster yang menyambutnya dengan senyuman.

“ Ya suster, Informasi dari dokter tadi membuat saya sangat lega, Terima kasih suster,,” Suster itu berlalu dengan anggukan yang pasti.

Perlahan lak-laki itu mendekat pada istrinya dan langsung mendekapnya dengan kuat.
  
“Aku tak pernah menyangka, kamu tersenyum bersama dengan anak kita di sini. Terima kasih karna masih tersenyum padaku dan membawa anak kita ke dunia ini..” Dekapan suaminya ia balas dengan lembut dan seraya berkata.

” Inilah dia.. takdir dari yang kuasa.. anak ini adalah hadiah yang sama-sama kita dambakan.”

Laki-laki itu memandang anaknya yang seakan-akan mulai berkata “Papa” padanya. Dia tersenyum di sertai air mata di matanya.

Penyakit yang di derita istrinya membuatnya merasa akan kehilangan sesuatu yang berharga di hidupnya.

Dugaan dokter, di antara ibu atau anak akan ada yang pergi meninggalkan dunia. Penyakit yang mungkin terbilang cukup ganas bagi seorang wanita yang sedang hamil.

Itulah yang membuatnya pucat pasi menunggu informasi dari dokter.

Dia membelai kening anaknya dengan satu jari hingga anaknya bergerak cukup tenang.” Sayang... inilah dunia.. selamat datang putriku..” Ujarnya dengan tangisan.

Ia menggendong anaknya dengan kasih dan melantunkan ayat al-quran dengan suara yang merdu.

“ Anakku.. tersenyumlah sesalu” di dalam hati ia selalu bergumam, berharap anaknya mendengarkan suaranya dan membalas.

“ Ke sinilah Mizella..” Ujar wanita yang sudah berstatus sebagai seoarng ibu itu. suaminya menatapnya seakan bertanya tentang nama yang istrinya sebutkan.

“ Mizella ?”    

“ Iya.. Mizella, putriku.. namanya sehalus sifatnya. Kelak, dia akan menjadi gerimis yang di nanti oleh semua orang. Penyejuk hati di kala panas.” 

Keduanya sama-sama tersenyum. Mizella. Itulah nama singkat yang di berikan ibundanya.

Malaikat kecil itu seakan tersenyum pada Ayahnya.

Menyukai nama yang di berikan orang tuanya.

Mizella yang menjadi kebanggaan mereka. Sang gerimis yang mendatangkan kesejukan dan gerimis yang mengundang sederetan hujan yang membuyurkan tubuhnya pada bumi.

Dan dialah gerimis di senja hari yang menjadi dambaan sang senja. []




Senja, Gerimis dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang