Sebuah Awal (2)

1.9K 104 0
                                    


Mei, 2015

Bel masuk kelas sudah terdengar, jam pelajaran berikutnya akan segera dimulai.

Berhubung guru mata pelajaran bahasa inggrisnya sedang di rumah sakit, jam itu kelas Raina pun kosong pembelajaran.

Malas di kelas, Raina memutuskan untuk ke kantin. Lalu memesan beberapa makanan dan minuman.

Karena jam istirahat sudah berakhir, kantin jadi sepi. Raina bisa dengan leluasa memilih tempat duduk yang nyaman.

Dan dia memilih meja di pojok kiri kantin, dari meja itu terlihat jelas lapangan basket dan segala aktivitas yang terjadi di sana.

“Permisi, gue boleh duduk di sini?” suara itu membuat Raina terhenti makan dan dan segera menoleh ke belakang.

“Tentu!” balas Raina sembari tersenyum. Gadis itupun duduk di hadapan Raina membawa minumannya.

“Gue gk ganggu lo kan?”

“Gk, gue sama sekali gk merasa terganggu kok”

“Gimana? Enakkan duduk di sini?” Raina hanya mengangguk dan tersenyum mendengar pertanyaan gadis itu.

“Ini tempat favorit gue. Setiap ke kantin gue pasti duduk di sini, dan satu sekolah juga tau kalo gue suka duduk di sini.”

Raina terdiam mendengar perkataan gadis itu, lalu dengan perlahan memperhatikan wajah gadis yang duduk manis didepannya sembari menikmati minuman yang ia bawa tersebut.

Menyadari Raina menatapnya, gadis itu membalas pandangan Raina dengan wajah penasaran bercampur ragu.

“ Apa kita pernah ketemu?” pertanyaan itu muncul dimulut Raina tiba-tiba yang membuat gadis yang menatapnya itu terdiam sejenak lalu tersenyum.

“ Kenapa? Apa gue mirip seseorang?” tanya gadis itu separo tertawa.

“ Gk sih. Gue cuma...”

“ Oii prematur!” Suara seseorang dibalik pintu kantin membuat kedua gadis itu berpaling dengan serempak.

“ Apaan sih? Berhenti manggil gue itu!” Wajah gadis di depan Raina sedikit geram menatap laki-laki yang baru saja memangilnya itu.

“ Haha. Sorry. Ada yang manggil lo.” Ujarnya cepat sembari duduk disamping Raina dan menatapnya “ Eh, lo anak baru dikelas unggul kan?” sambung laki-laki itu.

“ i..iyaa..” Raina yang masih belum paham dengan keadaan yang ada hanya bisa tersenyum kecil dan membuka buku kecil yang selalu ia bawa untuk menulis.

“ Siapaa yang manggil?” Gadis didepan Raina menatap laki-laki yang baru saja datang itu dengan wajah yang masih kesal.

“ Suami loo. Siapa lagi.”

“ Aiihhh..” gadis itu kembali geram.

“ Buruaaaan. Dia panik nooh di perpus.!” Laki-laki itu menarik minuman gadis itu dan meminumnya.

“ Iya iyaa. Sabar dikit kek. Kenapa harus selalu gue coba? Genta sialaan.”

Gadis itu berdiri dan bergumam sendiri seperti tengah mengutuk seseorang dan langsung berjalan pelan meninggalkan kantin.

Mendengar nama itu, Raina yang sejak tadi tertegun menatap cepat gadis itu.

Otaknya yang sejak tadi belum sepenuhnya berjalan kembali beroperasi dengan baik.

Gadis itu menyebut nama seseorang yang selalu ia sebut dalam setiap doanya. Iya. Laki-laki yang –sempat- ia lihat tadi pagi sebelum memasuki kelas.

Senja, Gerimis dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang