Believe

1.4K 85 7
                                    

" Kita harus bicara." Ujar Raina dengan suara datar.

Memandangi Raina seperti itu, Mizella seketika langsung membulatkan matanya dan mengangguk mengiyakan ucapan Raina.

Mereka berjalan didekat taman yang menghadap lurus ke lapangan sekolah nan hijau itu.

Raina duduk terlebih dahulu dan menatap kosong ke arah lapangan.

Lalu, Mizella yang juga mengikutinya duduk, juga terdiam sejenak setelah melihat tingkah Raina yang sedikit aneh.

" Kamu udah baikan?" Pertanyaan itu mengawali percapakan mereka yang sempat vaccum sekitar 3 menit lebih.

" Sudah." Jawab Raina ringan.

" Syukurlah." Jawab Mizella pelan bahkan hampir tak terdengar sama sekali.

Setelah mengatakan itu, mereka kembali terdiam tanpa suara kembali.

Ada rasa yang mengampit keduanya agar tak bicara untuk saat ini. Rasa marah, kesal, sedih bahkan rasa ingin memaki satu sama lain.

" Kenapa?" Tanya Raina pelan sembari perlahan menatap wajah Mizella yang perlahan berubah menatapnya heran.

" Apanya?" Tanya Mizella pelan.

" Kenapa.. kamu nampar Magenta?" Tanya Raina dalam. Mendengar itu Mizella terdiam dan menunduk pelan.

Lalu, dengan mantap hati ia kembali menatap Raina dengan wajah yang diusahakan agar tenang.

" Aku cuma gak suka dia." Jawab Mizella bohong. Lalu berusaha mengalihkan wajahnya menghadap lapangan kembali.

" Bohong." Ujar Raina ringan.

" Aku paling benci dibohongi dan terlihat bodoh. Kamu tau itu!" Sambung Raina mantap menghadap Mizella.

Menancap lurus di mata Mizella tatapan tajamnya tersebut.

" Bukan kamu yang bodoh. Tapi aku. Aku yang udah bodoh harus terlibat dalam hubungan kalian berdua. Aku yang bodoh pura-pura gak peka sama hubungan kalian dulu. Udahlah Raina.. jangan memperibet keadaan. Aku tau bahagiamu bersama Magenta seperti dulu. Aku tau orang pertama yang mengetuk hatimu agar tersenyum dan tersipu hanya dia. Ya kan?" Ujar Mizella panjang.

Raina yang terpaku dengan ucapan Mizella, kini mengalihkan pandangannya dan menghela nafas panjang.

" Jadi, seakan-akan kamu berkorban untukku agar aku bahagia. Gitu?" Ujar Raina yang kini mulai menaikkan suaranya.

" Aku tidak mengatakan............"

" Iya! Aku kurang bahagia! Aku orang yang tidak punya teman sama sekali. Aku hanya berteman denganmu dulu dan selalu mengekangmu kemanapun. Aku teman yang jelek dalam hal curhat-curhatan. Teman yang benar-benar buruk dalam hal membahagiakan. Iya! Aku orang yang patut di prihatinkan." Ujar Raina keras. Kini matanya memerah menahan amarah.

Jiwanya menggebu agar mengungkapkan kekesalan hatinya. Ia lelah.

Lelah menenangkan diri agar terlihat baik-baik saja. Lelah mengatakan pada jiwanya bahwa ia tidak akan bisa bersama Magenta.

Ia lelah mengungkapkan pada Mizella bahwa kebahagiaan dirinya bukanlah bersama Magenta. Tapi, membuat Mizella bahagia bersama dengan orang yang dinginkan gadis itu.

" Raina.. maksud aku bukan itu, aku hanya ingin kamu dan Magenta........."

" Apa lagii? Apa lagi yang ingin kamu perbuat buat aku ha? Apalagi pengorbanan yang mau kamu lakuin buat aku supaya aku bertambah terlihat buruk?. Apalagi kebaikan yang kamu lakukan sehingga membuatku bertambah terlihat begitu jahat? Apa Mizellaa?? Apa merelakan Magenta untukku adalah sesuatu yang membuatmu bahagia? Jangan bohongi jiwamu jika kamu tidak suka dia! Jangan bohong padaku!!!" Ujar Raina keras membantah ucapan Mizella yang kini terdiam dengan wajah kaku didepannya.

Senja, Gerimis dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang