Samar-Samar

1.6K 95 10
                                    

Mei, 2015

“ Mizella, mama masuk rumah sakit lagi. Tadi pagi kepeleset di kamar mandi.”

Kata-kata yang di tampilkan layar Handphonenya membuat Mizella kehilangan kendali diri.

Ia berlari dengan kencangnya ke kelas yang tak jauh dari perpustakaan itu.

Tanpa mempedulikan panggilan keras dari orang yang berteriak dibelakangnya. Genta.

“Halo kak?”

Iya dek, kamu jangan panik. Mama gk apa kok. Sekarang lagi diperiksa dokter”

Suara itu terdengar diujung sana dibalik handphone yang masih digenggam Mizella dengan tangan yang masih gemetar.

“ Aku kesana sekarang kak.” Jawabnya singkat dan langsung memutuskan sambungan telepon itu.

Mencoba tidak memperlihatkan kepada kakaknya bahwa sekarang jantungnya tengah menggebu-gebu karna khawatir.

Seluruh tubuhnya menggigil dan terasa begitu lemas. “Mama..”

Sesampainya di pintu kelas, Mizella langsung menghampiri bangkunya yang tepat berada di depan bangku Genta.

Tanpa pikir panjang, Mizella langsung membereskan seluruh bukunya yang masih bertebaran di meja dan lacinya.

Sampai tangannya diraih oleh seseorang yang membuatnya menghentikan aktifitasnya yang terlihat sedikit abal-abal tak karuan itu.

“ Lo kenapa sih?” Tanya orang itu dengan nafas yang tak teratur sebab berlari mengejarnya. Magenta.

“ Gue harus buru-buru. Lepasin.” Mizella menarik tangannya keras dan kemudian menggapai tas nya dan menyandangnya cepat.

Melihat hal itu Magenta tak tinggal diam. Ia mengikuti Mizella keluar kelas dengan langkah yang tak kalah cepat.

“ Jangan turutin gue!” Ujar Mizella sedikit berteriak. Hatinya benar-benar tidak tentu arah sekarang ini.

“ Eh, niat gue baik ya, lo mau kemana dan kenapa? Gue Cuma nanya itu doang bego!” Ujar Genta dengan nada suara yang tak kalah tinggi.

Mendengar itu Mizella sedikit menghela nafas dan coba menenangkan diri lalu menatap Genta.

“ Ok. Mama gue masuk rumah sakit lagi. Jadi, sekarang gue mau pergi kesana. Bay!” Jawabnya cepat dan kemudian membalikkan badan.

Tetapi tangan Genta kembali menahannya.

“ Tunggu. Dengan otak yang belum jalan dengan bener lo mau bawa motor? Yakin lo selamat?” tanya Genta dengan wajah khawatir.

“ Trus, lo mau emang nganterin gue?” Tanya Mizell dengan wajah yang masih tampak sangat pucat. Sembari melihat ke arah perpustakaan.

Genta tak bergeming. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal dan sedikit memainkan matanya menatap pintu perpustakaan dibelakang sana.

Mengerutkan keningnya dan kembali menatap Mizella yang masih didepannya.

“ Oke.” Jawab Genta cepat. Dan menarik Mizella hendak menuju meja piket guru didepan kantor untuk meminta izin.

Mizella menuruti ucapan Genta dan mengikutinya ke depan kantor dan menemui guru piket.

“ Bu, Mama Mizella masuk rumah sakit. Saya mau mengantar dia kesana. Kami boleh izin buk?” Tanya Genta hormat.

Bu Guru itu menatap Genta dan Mizella sekejab lalu mengambil sebuah kertas kecil dilacinya.

“ Mizella, di rumah sakit mana nak?” Tanya Guru itu yang kini memperhatikan Mizella yang kini tertegun, menggenggam tangannya yang masih gementar.

Senja, Gerimis dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang