Menunggu

2.3K 150 2
                                    

Maret, 2015

Ada banyak cara untuk mencintai, salah satunya dengan bersedia menunggu. Misalnya saja jika kau mencintai sebuah makanan, pasti kau akan rela menunggu dalam antrian panjang selama berjam-jam demi mendapatkannya. Atau jika kau mencintai sebuah tim sepak bola, pasti kau akan rela menunggu berjam-jam bahkan berhari-hari untuk bisa mendapatkan tiketnya. Sama halnya dengan kau mencintai seseorang, kadang tanpa kau sadari kau akan rela menunggu untuknya. Dan tak sedikit juga darimu yang rela menunngunya meski kau tau itu hanya akan sia-sia. Meski kau tau kau tak akan dapatkan apa-apa dari penungguanmu itu.

Malam semakin larut, udara dingin perlahan menusuk hingga ke sela-sela tulang.

Di bawah temaram cahaya bulan, gadis itu duduk ditemani alunan musik jazz dan sebuah laptop di depannya.

Wajahnya yang manis, semakin indah terkena bias cahaya bulan.

Jemarinya sibuk mengetikkan sesuatu di atas tombol-tombol laptop. Tak peduli malam semakin larut, dan udara dingin semakin menusuk.

Gadis itu masih saja sibuk dengan tombol-tombol pada laptopnya.

"Raina.. Ayo masuk! udah larut, nanti kamu sakit!" terdengar suara agak sedikit berteriak dari dalam rumah.

"Iya ma, tunggu bentar ini lagi nanggung!" jawab gadis bernama Raina itu dengan (juga) sedikit berteriak, dan kembali sibuk dengan tombol-tombol pada laptopnya.

Karena terlalu sibuk, tanpa ia sadari ternyata mamanya sudah berada di sampingnya.

"Sudah larut Raina. Besok aja dilanjutin tulisan-tulisan itu!"

"Eh, sejak kapan mama di sini?" gadis itu menatap mamanya dengan agak sedikit mengerutkan dahi.

"Udah sejak tadi. Bahkan untuk menyadari itu aja kamu lambat kali. Udahlah, masuk ke rumah! Udah larut, bukannya besok kamu harus berangkat sekolah pagi-pagi ?. Besok hari pertama kamu di sekolah baru. Jangan sampai kamu memberi kesan buruk dengan tidur di kelas pada hari pertamamu di sekolah!"

"Ia mama ku tersayang! Raina tahu semua itu. Bentar lagi Raina masuk. Mama masuk duluan aja, gak baik jika mama lama-lama di luar. Nanti mama bisa sakit."

Mamanya hanya bisa menghela nafas melihat tingkah anaknya itu.

Terkadang anaknya itu memang keras kepala. Lelah membujuk anaknya itu, ia kemudian memutuskan kembali masuk ke rumah.

Meninggalkan anaknya bersama sang bulan.

***

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.00.

Raina masih saja sibuk dengan laptopnya.

Jemarinya dengan lihai menekan tombol-tombol laptop, merangkaikan kata-kata indah.

"Sejatinya perpisahan itu tidak pernah memisahkan apalagi menghilangkan. Perpisahan tidak sekejam itu. Perpisahan itu hanya memberi jarak untuk pertemuan-pertemuan yang kau harapkan. Bisa jadi jarak itu dalam rentang waktu lama, atau bahkan dalam rentang waktu sebentar. --Lalu apa yang harus aku lalukan dengan perpisahan itu?-- Sederhana. Kau hanya perlu menunggu.
Menunggu sampai perpisahan itu dapat berdamai dengan waktu dan menghadirkan kembali sebuah pertemuan. Dan saat kau berhasil menunggu, kau akan dapatkan pertemuan itu dengan perasaan yang tak pernah kau bayangkan. -Haruskah aku tetap menunggu jika sudah jelas itu akan sia-sia? -- Jika kau memang sangat menginginkan pertemuan, kau memang harus tetap menunggunya. Jika tidak, jkau tak perlu bersusah-payah menunggu. Lupakan saja. Tentang kesia-siaan, kita tak akan pernah mengetahuinya. Sia-sia menurut kita, bisa saja tidak menurut Tuhan. Sesungguhnya semua terjadi atas kuasa Tuhan. Jadi tidak ada salahnya kau tetap menunggu. Menunggu sesuatu yang kau anggap sia-sia itu pasti keren."

Waktu terus berlalu, malam semakin bertambah larut. Pukul 23.59.

Wajah gadis itu sekarang melukiskan rasa kantuk dan lelah.

Alunan musik jazz favoritnya itu tidak bisa lagi menahannya untuk tidak mengantuk.

Gadis itu pun menyerah. Rasa lelah dan kantuk sudah benar-benar merasuk dalam.

Kini ia menutup laptopnya, membereskan remah-remah cemilan di atas meja. Lalu sejenak menatap bulan yang masih menggantung di atas sana. Berkata penuh harap.

"Aku akan menunggu sampai saat itu datang. Menunggumu dengan perasaan yang sama saat kau memutuskan untuk pergi. Cinta."

Lalu ia berlalu dan masuk ke rumah dengan segala harapan itu. []







Tadaaa...😄
Karna suasana hati author lagi happy-happy banget luar biasaaahh,
Malam ini aku share 3 bagian gess.
Mungkin ini sedikit menguras otak, karna alurnya bolak balik sesuai dengan hati author yg suka bolak balik.

Selamat membaca yaa.
Jangan lupa tinggalin jejak yaa. Dengan komentar yg kalian berikan.

With love,
Vii

Senja, Gerimis dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang