Epilog Pt.II

1.4K 99 3
                                    

Raina?? Kamu ada disini? Kenapa?”

“ Aku.. memang selalu disini Magenta.”

“ Benarkah? Haha. Beruntungnya aku. Ditemani hujan cantik sepertimu”

Ucapan Magenta spontan membuat Raina mengerutkan kening.

Candaan ini, tatapan ini. Dan juga, suara jahil ini, bukanlah Magenta yang ia dapati saat SMA, tapi saat pertama kali Magenta mengejarnya dulu.

Jangan-jangan..

“ Magenta, kamu ingat Mizella?” Tanyanya pelan.

“ Mizella? Siapa?”

Kata-kata Magenta membuat kaki Raina melemas.

Ia langsung memutar badannya dan mengatakan pada Magenta bahwa ia akan segera kembali.

Ia berlari ke toilet rumah sakit itu dengan perasaan khawatir.

“ Ya tuhan, petanda apakah ini? Baikkah untukku atau burukkah untuk Mizella? Burukkah untukku atau baikkah untuk Mizella? Tidak, aku tidak boleh seperti ini. Tidak.. Magenta adalah untuk Mizella. Jangan egois. Jangan Raina..”

***

Alena, Yura, Arkhan dan Sean kini tengah terdiam didepan pintu kamar Magenta.

Mereka sejak malam telah mengetahui bahwa Magenta tidak mengingat satupun diantara mereka.

Magenta bahkan menatap mereka aneh saat mereka masuk dan menyapa Magenta.

Ini perih. Sangat.

Bahkan saat ini, Sean tak mengeluarkan satu katapun melebihi helaan nafas panjang petanda ia sedang memikirkan sesuatu.

“ Mizella udah sampai.” Ujar Yura pelan saat dilihatnya layar handphone yang memperlihatkan bahwa Mizella tengah mengiriminya pesan.

“ Kita harus balas apa?” tanya Alena pelan sembari menekukkan kepala. Mereka kacau.

Tak tau harus bertindak seperti apa lagi saat ini.

Raina satu-satunya yang dapat melihat tawa dan becanda dengan Magenta yang sudah terlihat membaik itu.

Sedih.

Sakit.

Rindu.

Iri.

Itulah yang mereka rasakan saat ini.

“ Ayo masuk.” Ujar Raina tiba-tiba didepan ruangan Magenta dengan wajah sendu.

Yura menggeleng.

Dan kemudian mendekati Raina dengan pelan.

“ Jika kita masuk, Magenta akan bersusah payah mengingat. Biar aja Magenta tenang dulu.” Ujar Yura pelan.

Ucapan Yura dijawab anggukan oleh Raina sembari menatap semua temannya dengan sedih.

“ Kemungkinan Magenta mengingat kembali itu akan susah. Dia mengalami geger otak ringan yang menyebabkan kehilangan memory. Jadi, perkenalkan diri lagi pada Magenta..”

“ Dia benar-benar gak ingat???” Ucapan dibelakang mereka membuyarkan tatapan sedih Raina.

Dapat dilihatnya Mizella tengah berdiri di ujung sana dengan wajah yang masih sama dimatanya.

“ Mizella.” Ujar Yura dan Alena. Mereka langsung berlari ke arah Mizella dan memeluk gadis itu kuat.

“ Dia benar-benar gak ingat kita?” Tanya Mizella lagi disaat mereka sudah duduk diam di depan ruangan Magenta.

Senja, Gerimis dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang