Vote dulu sebelum baca yaa..------------------------
-Flash back masa SMP on-
“ Raina..” Langkah gadis yang di panggil itu terhenti seketika.
Diputarnya tubuhnya menghadap suara yang baru saja terdengar di telinganya.
Dilihatnya sosok laki-laki dengan tubuh yang tidak begitu besar mendekat padanya.
Dengan rambut yang disisir rapi dan wajah lonjongnya terlihat jelas di ujung sana.
Berjalan pada Raina dan mendekat. Dia Magenta.
“ Kenapa?” Tanya Raina spontan saat laki-laki itu sudah berada di depannya.
“ Kamu mau kemana?” Tanya Magenta ringan.
“ Perpus.” Jawabnya singkat dengan ekspresi yang masih sama.
“ Ooo.. Ayo.” Magenta berjalan mendahului Raina seakan-akan dialah yang mengajak Raina pergi.
Tapi selangkahpun Raina tak beranjak, ia hanya diam melihat Magenta bertingkah demikian.
Jujur, Raina sedikit merasa terganggu dengan kehadiran laki-laki ini disetiap langkahnya.
Setiap ia maju ke depan kelas, laki-laki ini selalu tersenyum menatapnya.
Setiap ia mengarahkan pandangannya keluar kelas, di sudut matanya dapat ia lihat bahwa laki-laki ini memperhatikan dirinya.
Raina sebenarnya risih diperlakukan seperti ini.
Tidak hanya sekali, Magenta selalu mengirimkan pesan aneh padanya setiap malam.
Dan akan berakhir dengan kata-kata,
“ Kamu itu senyum dong.”Raina tak terlalu mempedulikan. Kenapa laki-laki ini selalu mengikutinya? Apa yang menarik darinya sehingga ia di tempeli seperti ini?
Ahh. Sudahlah.
Lebih daripada rasa risihnya, jauh didalam hati ia juga ingin mengetahui apa yang sebenarnya diharapkan laki-laki ini darinya.
Lebih dari pada rasa terganggu, di dalam jiwanya ia juga ingin mengetahui, kenapa tatapan laki-laki itu sangat teduh dan perlahan menenangkan hatinya?
“ Ayo. Katanya mau ke perpus.” Ucapan Magenta membuat Raina tersadar dari lamunannya. Ia berjalan pelan mendekati Magenta.
Untuk saat ini, Ia lebih memilih diam saja, sebab ia benci berdebat.
Benci mengatakan sesuatu yang tidak penting.
Mereka berjalan menuju ke perputakaan sekolah ini yang terbilang cukup luas.
Begitu banyak tempat-tempat strategis untuk menenangkan diri di dalamnya.
Yang jelas, Raina pasti sangat menyukainya.
Itu sebabnya ia memilih perpustakaan sebagai tempat ternyaman untuk membaca dan menulis.
Tapi, ia rasa akan sulit untuk menenangkan diri untuk saat ini. Ada laki-laki aneh yang selalu mengikutinya. Dia Magenta
“ Kenapa aku gak bilang kalau gak mau di ganggu sih?”
Mereka masuk kedalam perpustakaan, duduk di meja bundar di sudut perpustakaan itu.
Memang, tempat ini adalah tempat ternyaman bagi Raina.
Tenang. Sepi. Ia suka.
Tapi, beda halnya dengan Magenta, ia benci sunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja, Gerimis dan Hujan
Romance(COMPLETE) Bagaikan hujan yang mengguyur dikala senja. Ada saatnya datang tanpa didahului gerimis, ada pula saatnya datang tetapi di akhiri oleh gerimis. Bagaikan gerimis yg menjelang dikala senja. Kesejukan yang menenangkan kadang di akhiri hujan y...