Sudah Terlambatkah?

1.6K 103 5
                                    

Mei, 2015

Lo benar-benar penasaran?”

Arkhan yang sejak tadi menjahili Raina kini perlahan menatap Raina yang tak lagi memandangnya karna kesal.

Arkhan tertawa geli.

“ Namanya Mizella. Anak sok keren yang pernah gue temui. Judes, pemarah dan juga kalau lagi nulis, dia bakalan gk ingat sama dunia luar. Kecuali, seseorang yang menganggunya. Namanya Genta. Magenta. Kapten basket disekolah kita.”

Raina langsung menatap Arkhan yang sibuk menjelaskan disampingnya. Dada Raina kembali sesak, jiwanya seakan lemah tak berdaya.

“ Jadi, yang manggil dia itu....?” Tanyanya pelan sembari menenangkan diri.

“ Iya. Suaminya.”  Raina terdiam.

Dia kembali memejamkan mata dan mengatur nafasnya yang sudah tidak normal.

“ Kenapa.. dia dipanggil suaminya?” Tanya Raina gemetar yang membuat Arkhan –lagi-lagi- menatapnya aneh.

“ Yaa karna keduanya emang udah nikah.” Jawab Arkhan sembari tertawa.

“ Haha. Lo lucu juga.” Jawab Raina judes. Sifat aslinya kembali sudah.

Arkhan yang mendengar jawaban itu terdiam sejenak.

Untuk pertama kali baginya ditertawakan geli seperti itu.

Gadis pertama yang tak memandangnya terpesona dan tak menanyai tentang dirinya.

Sejak pertama bicara, hanya dirinya lah yang selalu bertanya dan menanyai.

Tanpa umpan balik yang diberikan gadis ini.

“Menarik” ujarnya dalam hati.

“ Gue pergi dulu ya.” Raina langsung bediri setelah menghabiskan minumannya, yang membuat Arkhan juga ikut berdiri dengan sigap.

“ Kenapa?” tanya Raina cepat.

“ Lo.. lo.. Lo mau kemana?” Ujarnya ragu.

“ Kelas.” Jawab Raina  singkat dan berlalu didepannya.

Arkhan terdiam. Lagi-lagi untuk yang pertama kalinya, ia diperlakukan seperti ini.

Mendapat jawaban yang singkat dan diabaikan.

“ Haha. Gue diabaikan?”


Raina POV

Magenta? Mizella? Otaak, tolong berfikirlah. Apa yang sebenarnya terjadi?”

Aku menghelus pelan dadaku yang sudah sesak.

Berjalan meniggalkan kantin menuju toilet yang tak jauh darisana.

Aku menutup pintu toilet dan memejamkan mata kembali.

Apa yang harus aku lakukan? Dia, mizella itu bukan? tidak salah lagi. Dia Mizella. Dan.. genta. Magenta.”

Aku mencuci tanganku cepat. Dan menatap cermin besar didepanku. Melihat dengan jelas raut wajahku yang sudah mulai pucat.

Kupegangi pipiku dan menepuknya pelan. Mencoba menghilangkan kecemasan yang sejak tadi menghantuiku.

“ Sadarlah Rainaaa. Pikirkan. Sekarang apa yang harus kau lakukan?” Tanyaku pelan kepada cermin itu.

Sejenak aku termenung melihat raut wajahku yang sejak tadi memang sudah pucat. Aku tidak sakit. Hatiku yang perih.

Senja, Gerimis dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang