Entah

1.2K 85 7
                                    

Mei, 2015

Suasana hati Magenta masih belum bisa ia terjemahkan.

Mata bulatnya masih dengan lurus menatap gadis yang tengah berdiri dengan wajah diam di ujung sana bersama kedua sahabatnya.

Magenta tak bisa bereaksi apa-apa.

“ Zel, sini.. kita menang euy..” Arkhan yang sedang berdiri dibelakangnya berlari kecil kearah Mizella yang masih tak bergerak.

Terlihat dimatanya Arkhan yang mencoba mengajak Mizella agar mendekat padanya dan Raina.

Seketika Magenta tersentak, Raina yang ada disampingnya berjalan dengan pelan meninggalkannya dan berdiri didepan Mizella.

“ Kamu datang? Aku pikir kamu masih di rumah sakit.” Ujar Raina pelan. Melihat hal itu Magenta seketika langsung berlari kearah Raina dan Mizella itu.

“ Benar. Gak seharusnya aku disini.” Jawab Mizella pelan setelah dilihatnya Magenta yang sekarang berdiri disamping Raina tanpa menatapnya.

“ Maksud aku bukan itu. Aku..”

“ Lebih baik aku pergi..” Ujar Mizella spontan menghentikan ucapan Raina.

Mizella memberikan minuman yang dipegangnya pada Arkhan yang berada disamping Yura.

Lalu dengan sigap ia membalikkan badan.

“ Zelll..” Suara Alena beserta Yura didengarnya dengan jelas.

Mereka menuruti Mizella sampai keluar dari aula itu.

Mizella tak mengatakan apa-apa. Ia hanya terus berjalan mendekati parkiran dan langsung menaiki sepeda motornya.

“ Zel. Lo baik-baik aja kan?” Tanya Alena dengan wajah yang benar-benar khawatir.

“ Hahaa. Ya baik laah, apa juga yang gak baik dari gue Len? Udahhh.. lo sama Yura balik aja kedalam sono. Gue tadi cuma mampir doang. Inget aja tadi ngasih minuman kayak biasa.” Ujar Mizella dengan senyuman lebar yang ia pasang.

Melihat itu Alena dan Yura beradu pandangan.

Mereka memang melihat Mizella tertawa menjawab pertanyaan itu, tapi dapat dengan jelas dilihatnya dimata Mizella sebuah kekecewaan yang sangat dalam.

“ Gue balik lagi ya. Oiyaa, sampaiin sama mereka kata selamat dari gue yah. Babay..” Mizella yang sudah siap dengan sepeda motornya melaju dengan kencang tanpa mendengar jawaban dari kedua sahabatnya ini.

Setelah kepergian Mizella, Yura dan Alena berjalan dengan lesu menuju aula kembali.

Mereka tak tau harus bersikap seperti apa. Disatu hal, ini adalah urusan Magenta dengan Mizella.

Dihal yang lain, mereka merasa memiliki tanggung jawab melihat Magenta dan gadis lain berdampingan.
Terlebih lagi, mereka sekalipun tak pernah mendengar pengakuan dari mulut Mizella tentang perasaannya pada Magenta.

Hanya kata-kata romantis yang ditujukan agar Magenta kesal pada dirinya.

“ Kita harus gimana Ra?” Tanya Alena lesu.

“ Gak tau gue Len. Mizell gak bakalan nunjukin kalau dia lagi kecewa. Liat aja, dia bakalan senyum ketawa kayak biasa.”

“ Bener. Trus, sekarang si Magenta tu maunya apaan? Gak ada gituh rasa risihnya liat Mizella kecewa? Dia tu punya perasaan apa gak sih?” Ujar Alena sembari memekik keras. Dengan tujuan agar didengar oleh Magenta didalam sana.

“ Gak punya kayaknya. Kalau punya dia bakalan lari ngejar Mizella dan jelasin semuanya.” Mendengar itu Alena mengangguk dengan pasti.

Ia sangat setuju dengan ucapan Yura. Kenapa Magenta gak peduli dengan Mizella?

Senja, Gerimis dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang