Epilog Pt.I

1.4K 68 0
                                    

-Tiga tahun kemudian-

Tokyo, Jepang
2018

“ Mizella!” Panggilan di belakangnya membuat Mizella yang sedari tadi duduk santai di taman Universitasnya kini melirik laki-laki yang berjalan kearahnya dengan separo berlari.

Laki-laki yang 3 bulan yang lalu sudah menjalani operasi pada jantungnya.

Dan sekarang, tubuh laki-laki itu perlahan dapat dilihatnya membaik dan bugar. Tidak kurus seperti dulu lagi.

Dia Alfikri.

“ Hai bang Al.” Sapa Mizella dengan senyuman.

Lalu mengalihkan lagi pandangannya pada buku-buku yang sedari tadi menemaninya di bawah pohon rindang ini.

Udara panas sudah menyelimuti kota ini sejak sebulan yang lalu. Musim panas yang paling tidak disukai Mizella sudah datang dan menemaninya selama 3 bulan ini.

“ Kamu udah lama nunggu?” Tanya Alfikri pelan seraya duduk didepan Mizella.

Mizella langsung menggelang pelan dan kembali meneguk minumannya tanpa mengalihkan pandangan dari buku kecilnya.

“ Yaudah ayuk. Waktunya dating!” Ujar Alfikri seraya berdiri dan mengambil buku yang dipegang Mizella dengan cepat.

Melihat itu Mizella langsung menatap Alfikri dengan kesal dan memilih membersihkan buku-bukunya dengan cepat.

Dating apanya-_- Kita cuma milih kado buat mama dan dikirim pulang aja” jawab Mizella sembari memasukkan bukunya ke dalam tas dan menyandangnya dengan santai.

“ Haha. Iya iya. Ayook!” Ujar Alfikri dengan girang.

Mereka memang selalu bertemu dan banyak menghabiskan waktu bersama disana.

Seperti janji yang ia ucapkan dulu, ia akan menjaga Mizella. Hanya itu yang ia lakukan sampai sekarang.

Dan hanya itu yang dapat ia perbuat sebab, jika mengharap sesuatu yang lebih dari sekedar perteman dengan gadis ini rasanya belum mungkin terjadi.

Kenapa? Karna pagar penghalang antara dirinya dan Mizella masih sangat tebal.

Tertutup rapat senada dengan masih tertutupnya mata Magenta di negri asal mereka sana.

Bukan untuk pertama kalinya jika Alfikri mengatakan bagaimana rasanya pada Mizella.

Dan juga, tidak untuk pertama kalinya juga Mizella hanya tertawa dan tersenyum sembari menjahilinya dengan candaan gila.

Mizella memang tak menolaknya, dan tidak pernah menerimanya. Tapi, terlepas dari semua itu Alfikri paham bagaimana Mizella.

Ia paham bahwa gadis ini masih menunggu dan mengharapkan senja yang sama.

Dan ia tau itu. Harapannya sekarang, hanya satu. Mizella dapat menyelesaikan ceritanya dengan Senja itu.

Happy ending atau Sad ending, ia hanya mengaharapkan sesuatu yang dapat membuat Mizella bahagia.

“ Ini cantik bang Al?” Tanya Mizella saat dijumpainya sebuah baju indah yang dirasanya pas untuk Mama tercintanya di Indonesia.

“ Cantik.” Jawab Alfikri ringan.

“ Ini?” Tanya Mizella lagi.

“ Cantik” Jawab Alfikri lagi.

“ Kalau yang ini?” Tanya Mizella yang kini sudah mulai kesal pada laki-laki yang menjawab pertanyaannya tanpa memandangnya itu.

Senja, Gerimis dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang