Patah hati.
Itulah yang tengah dialami Mizella untuk saat ini.
Hatinya seakan remuk tak bernada lagi. Jiwa rapuhnya meronta agar terus terlihat kuat.
Kenapa tidak? Orang yang selalu ia harapkan agar di akhir cerita dapat bersama dirinya itu diketahuinya malah memandangnya hanya sebagai bayang-bayang orang lain.
Diketahuinya bahwa dirinya hanyalah dipandang sebagai samaran dari cinta pertama laki-laki itu.
Kenapa ini terjadi pada hatinya saat ia baru benar-benar menerima kenyataan bahwa cinta itu indah?
Kenapa ini terjadi pada hatinya yang terlalu muda untuk dipatahkan? “Oh tuhan, apa dosaku?”
“ Jangan menangis Mizella. Jangan rapuh. Jangan lemah. Kuat. Ini kenyataan yang ada. Yang harus kau hadapi”
Kurang lima menit Mizella menenangkan jantungnya yang masih menggebu-gebu karna perih yang sangat menyayat itu.
Di tepuk-tepuknya pipi kecilnya itu dengan pelan di depan kaca besar toilet.
Lalu perlahan menghela nafas panjang mencoba menenangkan diri.
Setelah dirasanya dirinya telah tenang, ia dengan pelan berjalan dengan lamban menyusuri koridor rumah sakit itu kembali.
Tetapi tak didapatinya Arkhan yang tadi duduk bersamanya disana.
Setelah memutar kepala mencari keberadaan Arkhan, Mizella terhenti pada ruangan Raina yang ada disampingnya.
Sebelum benar-benar membuka gagang pintu, Mizella terhenti seketika. Jarinya kembali terasa ngilu, seseorang yang terlihat lewat kaca pintu yang berada didalam sana membuat Mizella mengurung dirinya untuk memasuki ruangan Raina itu.
Dapat dilihatnya sosok laki-laki yang membuat hatinya perih tengah menatap Raina yang tampak sudah sadar dari pingsannya itu. Magenta.
Setelah memantapkan diri hendak berbalik, Mizella dikejutkan oleh seseorang yang sekarang tengah berdiri lurus didepannya.
Dengan wajah tampan yang ia punya, laki-laki itu dengan tatapan kosongnya menatap wajah sendu Mizella.
“ Ayo ikut aku.” Ujar laki-laki itu sembari menarik tangan Mizella.
Tanpa meronta dan menolak, Mizella mengikuti laki-laki itu dengan pelan.
Laki-laki yang akhir-akhir ini selalu muncul dalam waktu yang tepat untuknya itu. Dia Alfikri.
Setelah duduk disalah satu cafe didekat rumah sakit itu, Alfikri yang masih menatap Mizella diam, hanya bisa ikut diam bersama.
“ Kamu... kenapa bisa ada disini?” Tanya Mizella membuka pembicaraan diantara mereka.
“ Aku juga sakit”
“ Aku serius Al!” Ujar Mizella pelan. Inilah untuk pertama kalinya Mizella menyebut namanya.
Mendengar itu Alfikri terdiam. Kemudian perlahan ia tersenyum dan memangku dagu memandang Mizella.
“ Aku memang sakit Mizella. Itulah kenapa pertemuan pertama kita di rumah sakit ini.” Ujarnya pelan tanpa mengubah pandangannya.
“ Kamu.. sakit apa?” Tanya Mizella serius.
“ Hanya sakit biasa yang harus rutin ke rumah sakit.”
“ Parah?”
“ Entahlah” Jawab Alfikri dengan tawa di ujung ucapannya.
Mendengar ucapan Alfikri, Mizella sekejab melupakan rasa sakit di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja, Gerimis dan Hujan
Romance(COMPLETE) Bagaikan hujan yang mengguyur dikala senja. Ada saatnya datang tanpa didahului gerimis, ada pula saatnya datang tetapi di akhiri oleh gerimis. Bagaikan gerimis yg menjelang dikala senja. Kesejukan yang menenangkan kadang di akhiri hujan y...