Special Story Pt.II

1.6K 81 9
                                    

“ Bang Al kok tambah ganteng sih?” tanya Alena saat mereka semua berkumpul untuk melakukan perpisahan khusus dengan Sean yang akan pergi bekerja ke luar daerah.

“ Iyaa? Wahh. Ini karna bahagia, jadi tambah keren.” Ujar Alfikri mengiyakan.

Memandangi hal itu, Sean langsung meneguk minumannya kencang bahkan tak sengaja terbatuk karna terlalu cepat meneguk.

Arkhan dan Magenta yang menyadari hal itu langsung terkekeh beserta Yura dan Mizella disampingnya.

Mereka sangat paham ini semua.

Hanya saja, Alena terlalu polos untuk mengerti. Sampai sekarang.

“ Ada yang cemburu!!” Ujar Arkhan yang tiba-tiba memecah keheningan di dalam ruangan Magenta yang kini sudah pindah ke ruangan yang lebih luas dan terang itu.

Tepat seminggu lagi, ia akan di perbolehkan pulang oleh dokter Fatur.

“ Ini rumah sakit bukan kos-kos an lo!” Ujar Yura yang kini memukul lengan Arkhan keras.

“ Lo kenapa akhir-akhir ini sering mukul gue sih Ra?” Tanya Arkhan kesal. Ucapannya membuat Yura menatapnya tajam.

“ Trus, mau lo gue ngomong ‘aduhh Arkhaaan, jangan keras-keras ih ngomongnya. Ini rumah sakit lho, bukan warnet’ Gituuuu?”

“ Geli gue!” jawab Arkhan sigap. Jawabannya langsung mengundang tawa semua orang di dalamnya.

Setelah bercerita penghilang rindu, akhirnya Sean dan Alena pamit pulang dan memilih meninggalkan ruangan terlebih dahulu.

Sean dan Alena memang selalu bersama.

Tapi, ada saatnya Alena lelah untuk bersandiwara bahwa dirinya baik-baik saja jika di tinggalkan.

“ Lo beneran pergi?” Pertanyaan Alena membuat Sean yang kini fokus berjalan keluar rumah sakit terhenti.

Ia langsung memutar badan dan mendapati Alena tengah menunduk.

Dengan cepat di raihnya tangan Alena dan dibawanya ke cafe disamping rumah sakit itu.

Mereka duduk. Dan diam.

“ Tunggu aku. Setahun aja. Aku akan pulang” Ujar Sean yang membuat Alena langsung menatapnya.

Sean perlahan tersenyum.

Benar, ia tersenyum dengan indahnya pada Alena.

Alena yang menjadi satu-satunya gadis yang tidak bisa ia tinggalkan jika sendiri.

Gadis yang tidak mengerti bagaimana rasanya.

Bahkan ia telah terang-terangan mengatakan pada gadis ini bahwa hatinya sudah jatuh pada gadis ini, tapi respon Alena terlalu biasa.

Sebab, Alena tidak pernah menganggap bahwa Sean bisa jatuh hati padanya.

Itu semua dipahami Sean karna ia telah ‘curhat’ pada Mizella sejak dulu.

“ Tunggu aku Alena.” Ujar Sean lembut. Spontan ucapan Sean hanya dibalas diam oleh Alena.

Dan itu membuat Sean menghela nafas kembali. Ini tidak untuk yang pertama kalinya Alena tidak peka.

Tidak untuk yang pertama kalinya Alena merespon seakan semuanya mimpi. Seakan semuanya tidak nyata.

“ Alena, gue suka sama lo sejak SMA. Sampai detik ini gue masih melibatkan lo dalam hidup gue karna gak ada gadis lain yang bisa buat gue gila selain ke lo. Jadi, tolong tunggu gue dan... percaya, kalau hati gue bener-bener untuk lo Len.”

Ucapan Sean spontan membuat Alena membulatkan mata.

Apa ini mimpi? Apa benar Sean menyukainya? Jadi selama ini ia tidak di manfaatkan atau.. dia hanya menjadi babu untuk menemani Sean?

Tidak. Ini nyata.

“ Len..” Panggil Sean lagi yang kini menarik tangan Alena mendekat pada kepalanya.

“ Percaya gue!” Ujar Sean lembut.

Mendengar itu, Alena langsung menangis sendu.

Entah menangis karna terharu atau menangis karna menahan betapa terkejutnya hatinya.

Ia yang menjadi orang paling bodoh yang tak mengetahui bagaimana perasaan Sean padanya selama ini.

Fakta yang harus ia jalani adalah, Sean memintanya agar menunggu.

Baiklah. Jika Mizella dapat menunggu, kenapa dia tidak?

Ia akan menunggu. Ia akan percaya pada laki-laki yang kini kembali menatapnya dengan senyuman ini.

Senyuman yang mematikan bagi Alena.

Bener kata lo Zel, harus di ungkapin jelas-jelas, harus di bilangin kuat-kuat, agar paham. Agar ngerti.” Batin Sean.

Disisi lain, Alfikri tampak mengambil beberapa gambar dengan kamera terbarunya di taman disamping rumah sakit.

Ia fokus dengan kamera itu tanpa mengetahui bahwa Mizell tengah berjalan kearahnya.

“ Bang Al!” Panggil Mizella keras saat dirasanya Alfikri mengabaikan dirinya yang sudah berdiri sejak tadi.

“ Eh? Ada Mizella ternyata. Haha. Kenapaa?” Tanya Alfikri sembari tertawa ringan.

“ Katanya bakalan balik ke Jepang duluan? Ada apa?” Tanya Mizella.

“ Ini.. ada urusan sama perusahaan. Kenapaaaa?? Takut ditinggaliinn?”

“ Ihh. Bukan ituuu~” rengek Mizella.

“ Trus?”

“ Hati-hati.” Ujar Mizella pelan dan kemudian menjulurkan tangannya didepan Alfikri dengan sigap.

“ Makasii. Udah selalu ada selama ini.” Ujar Mizella dengan pelan. Memandangi itu Alfikri tertawa kecil dan membalas uluran tangan Mizella.

“ Sudah bahagia?” Tanya Alfikri ringan.

Mizella tak langsung menjawab.

Ia hanya menekukkan kepala dan tersenyum lagi pada laki-laki yang kini memang bertambah tampan ini.

Sesuai yang dikatakan Alena tadi.

“ Hati-hati disana dan.. jangan ngilang yaa.” Ujar Mizella lagi. Ucapan Mizella lagi-lagi membuat Alfikri tertawa.

“ Iyaaaa bawel. Udaaah. Magenta udah nunggu sana. Besok aku bakalan langsung berangkat. Terima kasih sudah bahagia Mizella. Aku akan bahagia dengan caraku sendiri nanti.” Ujar Alfikri dengan lantang.

Ucapannya mampu membuat Mizella tersenyum girang dan kemudian tertawa kecil.

“ Okeee. Mari sama-sama bahagia!”

Kebahagiaan bukan di ukur seberapa banyak kita mendapatkan apa yang kita inginkan, tapi seperti apa cara kita mensyukuri apapun yang diberikan pada kita.

Yang pasti, kebahagiaan dapat kita raih karna kita menikmati hidup tanpa negative thingking, dan tanpa merasa terbebani.

Berbahagialah walaupun sekecil apapun itu.

---------

Sampai Jumpa di cerita-cerita berikutnyaaaa yaaaaaaa!! ^^ ^^

Senja, Gerimis dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang